Penetapan Candi Muara Takus sebagai Kawasan Cagar Budaya
Kawasan Candi Muara Takus tercatat dan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Candi Muara Takus berdasarkan Sistem Registrasi Cagar Budaya Nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penetapan ini pada kategori Kawasan Cagar Budaya dengan nomor register nasional RNCB.20030304.05.000453 yang disertai pula dengan Surat Keputusan Penetapan yaitu SK Menteri No. KM.9/PW.007/MKP/2003 tanggal 4 Maret 2003. Surat Keputusan ini bersamaan dengan penetapan Balai Kerapatan Tinggi Siak dan Istana Siak Sri Indrapura.
Sumber : http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/siteregnas/public/objek/detailcb/PO2016052500001/Kompleks-Percandian-Muara-Takus
Terdapat 5 kategori Cagar Budaya yaitu :
- Benda Cagar Budaya
- Struktur Cagar Budaya
- Bangunan Cagar Budaya
- Situs Cagar Budaya
- Kawasan Cagar Budaya
Sumber : Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Candi Muara Takus - Situs Warisan Dunia UNESCO
Pada tanggal 6 Oktober 2009, Candi Muara Takus sudah masuk ke dalam Tentative List dari UNESCO no ref:5464 yang diajukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia ke UNESCO untuk diteliti dan ditetapkan sebagai salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO. Pencatatan dalam Tentative List ini masuk dalam Kategori Budaya dengan kriteria (i), (iv), (vi) yaitu :- (i) to represent a masterpiece of human creative genius;
- (iv) to be an outstanding example of a type of building, architectural or technological ensemble or landscape which illustrates (a) significant stage(s) in human history;
- (vi)to be directly or tangibly associated with events or living traditions, with ideas, or with beliefs, with artistic and literary works of outstanding universal significance. (The Committee considers that this criterion should preferably be used in conjunction with other criteria);
Silahkan liat dokumen pencatatan di UNESCO :
http://whc.unesco.org/en/tentativelists/5464
Candi Muara Takus adalah Maha Karya
represent a masterpiece of human creative genius
- Candi Muara Takus yang (dahulunya) dekat Sungai Kampar Kanan dimana terdapat anak sungai Umpamo (Limpamo) yang kondisi ini telah berubah sejak adanya PLTA Koto Panjang. Sebelumnya telah dilakukan penelitian pemetaan pada tahun 1983. Kawasan Candi Muara Takus dahulunya dimanfaatkan sebagai tempat permukiman dan pemujaan di dekat Sungai Kampar Kanan. Warisan budaya ini menunjukkan kejeniusan, musyawarah, kebijaksanaan, dan kemuliaan nenek moyang yang hidup pada saat itu. Pemilihan kawasan ini oleh pendirinya sebagai permukiman yang ideal didasarkan pada faktor-faktor berikut:
- Kompleks ini terletak di atas lahan yang lebih tinggi yang tidak terkena dampak banjir dari Sungai Kampar Kanan.
- Tanggul (sebagian menyebutnya pelabuhan sebagian di tepi sungai) tersebut berfungsi sebagai garis perbatasan kawasan ini, sebagai penjaga banjir, dan sebagai bagian dari sistem drainase dalam pengelolaan air hujan yang meluap. Hal ini terbukti dari beberapa tanggul / celah pada tanggul yang sejajar dengan parit.
- Di tengah tanggul adalah Sungai Umpamo yang mengalir ke Sungai Kampar Kanan. Aliran ini berfungsi sebagai drainase air untuk air hujan yang mengalir ke tanggul.
- Di bagian dalam tanggul, ada lahan yang relatif datar.
- Dari uraian di atas, nenek moyang tidak hanya mampu menciptakan struktur dari batu bata dengan berbagai bentuk dan ukuran antara satu candi dan candi lainnya, namun juga memiliki kearifan dan kejeniusan untuk memilih lokasi dan menghadapi tantangan lingkungan dalam mendukung penghidupan mereka. .
- Selain itu, Situs Candi Muara Takus mencerminkan nilai-nilai sebuah karya yang berasal dari kemampuan dan proses jenius untuk menjaga kesadaran akan hubungan yang harmonis antara Pencipta (Tuhan), manusia, dan alam dengan latar belakang Buddhisme.
Candi Muara Takus sebagai Karya Luar Biasa dalam Sejarah Manusia
be an outstanding example of a type of building or architectural or technological ensemble or landscape which illustrates (a) significant stage(s) in human history
- Struktur unik Kuil/Candi Muara Takus yang tak ada bandingannya merupakan maha karya luar biasa yang diciptakan oleh manusia. Kemampuan untuk menciptakan sebuah karya (struktur Kuil/Candi Muara Takus) menunjukkan tingkat kedewasaan dan keberanian orang untuk berimprovisasi/berkarya.
- Perbedaan antara bentuk dan ukuran candi di kompleks Muara Takus menunjukkan tingkat pemahaman tentang manfaat yang diharapkan dari perbedaan tersebut. Bahwa bangunan yang dibangun akan bermanfaat bagi manusia.
- Pembangunan candi dilakukan dalam beberapa tahap dan ini menunjukkan pengetahuan dan pemahaman lanjutan tentang generasi masa lalu yang dibawa ke generasi berikutnya. Akibatnya, strukturnya berbeda dalam bentuk, ukuran, dan filosofi (contohnya Candi Mahligai).
Candi Muara Takus adalah Karya Seni yang Universal
Universal art and literature
- Zonasi Kawasan Muara Takus yang teratur serta artefak yang ditemukan di wilayah ini memiliki nilai arkeologi yang tinggi karena memberikan deskripsi tentang kejadian dan tradisi masyarakat yang tinggal di sekitar Candi Muara Takus antara abad ke 12 dan 13 (yang mencerminkan Buddhisme).
- Aspek yang paling khas dalam mengungkapkan kejadian masa lalu yang digambarkan pada candi-candi di Muara Takus adalah aspek religius. Konstruksi candi tidak lepas dari kebutuhan akan nilai spiritual dalam kehidupan manusia.
Sumber : Candi Muara Takus, Wisata Riau
Prasasti yang ditemukan di kompleks candi dapat digunakan untuk menentukan kronologi candi, misalnya, epigraf Sriwijaya pada abad ke 7 untuk tulisan Ancient / Pallawa berupa surat pribadi Rakai Panangkaran dari Mataram Kuno di Jawa pada abad ke-8 (Karakter Nagari). Selain itu, kronologi candi dapat ditentukan dari potongan keramik yang berasal dari abad ke 13 dan 14 yang ditemukan di daerah tersebut.
Rakai Panangkaran Hanacaraka : ꦯꦿꦷꦩꦲꦴꦫꦴꦗꦫꦏꦻꦥꦴꦤꦔ꧀ꦏꦫꦤ꧀ꦢꦾꦃꦥꦚ꧀ꦕꦥꦤ atau lengkapnya Srī Mahārāja Rakai Pānangkaran Dyaḥ Pañcapana adalah merupakan raja kedua Kerajaan Medang periode Jawa Tengah atau yang lazim disebut Kerajaan Mataram Kuno. Rakai memerintah tahun 770-an dengan banyak membangun candi beraliran Budha Mahayana.
Lokasi kompleks Candi Muara Takus berada dalam area yang dilingkari oleh tanggul purba yang terbuat dari tanah liat. Sangat mungkin bahwa ini adalah sistem air yang dikelola oleh masyarakat kuno untuk mengatasi luapan air dari Sungai Kampar Kanan. Selama penggalian pada tanggul purba, beberapa fragmen batu bata yang mirip dengan batu candi ditemukan. Data menunjukkan bahwa ada kemungkinan bahwa candi dan tanggul dibangun pada periode yang sama.
Sangat ada hubungan antara bangunan tanggul, candi dan struktur bata bahwa di sekitar candi terdapat pemukiman masyarakat yang memanfaatkan candi sebagai tempat pemujaan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya pondasi rumah, peralatan rumah tangga, serta potongan keramik.
Dari beberapa data etno-historis, dijelaskan bahwa ada seorang pria bernama Datuk Laweh Talingo yang memiliki telinga yang begitu lebar sehingga telinganya bisa dijadikan selimut. Karakter ini berperan penting dalam membangun tanggul Muara Takus purba di tepi sungai. Menurut legenda, setelah meninggal dunia, karakter ini berubah menjadi gajah. Dipercaya bahwa gajah yang biasa mengunjungi kompleks tersebut merupakan inkarnasi karakter ini. Ada juga legenda tentang bahan yang digunakan dalam pembuatan batu bata yang berasal dari daerah Pongkai.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa banyak batu bata baru dibuat di wilayah Tanjung, terletak sekitar 7 kilometer dari Muara Takus. Kualitas bahan bata dari daerah itu mirip dengan batu bata yang digunakan dalam struktur candi. Oleh karena itu, batu bata dari kawasan Tanjung digunakan untuk restorasi Candi Muara Takus.
Sesuai hasil penelitian terhadap Candi Muara Takus, diketahui bahwa struktur candi ini sangat unik dan tidak ada kecocokan di situs-situs lainnya. Secara umum, dapat disebutkan sulit untuk menemukan kecocokannya. Namun, terhadap bentuk stupa di Pura Mahligai ini agak mirip dengan Biaro Bahal I di Padang Lawas. Sementara dalam kasus tanggul/dam/pelabuhan purba, struktur serupa telah ditemukan di situs pra-sejarah Pugungraharjo di Lampung.
Candi Bahal atau Biaro Bahal atau Candi Portibi adalah kompleks candi Buddha aliran Vajrayana yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan atau berjarak sekitar 400 km dari Kota Medan.
Situs pra-sejarah Pugungraharjo di Lampung atau Situs Purbakala Pugung Raharjo atau Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan situs arkeologi yang terletak di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Tenggara, Provinsi Lampung, Indonesia.
Candi Muara Takus yang sangat fenomenal ini ditinjau dari sejarah dan eksploitasi dari berbagai penelitian tentunya sekarang sangat bermanfaat bagi generasi sekarang dan mendatang. Saat ini Candi Muara Takus menjadi lokasi penelitian lebih lanjut dan Candi Muara Takus sebagai Wisata Unggulan Provinsi Riau.
Artikel terkait :
Candi Muara Takus sebagai Wisata Edukasi Riau dan Bukti Sejarah Riau.
Sejarah Candi Muara Takus The Forgotten Kingdoms in Sumatera
[RiauMagz | Wisata Riau]