Sejarah Bagan Api-Api ke Bagansiapiapi ke Dunia Luar
Reupload 21/03/2012
Sejarah Bagansiapiapi telah tercatat lama. Salah satunya tercatat pada tahun 1884, atau sekitar 127 tahun silam (140 tahun pada 2024). Seorang peneliti Belanda bernama J.A Van Rijn van Alkemade menerbitkan sebuah laporan perjalanan tentang penyusuran dari Bengkalis sampai ke Rantau Binuwang (Binoewang). Perjalanan selama 22 hari dari 6-28 Agustus 1884 itu dimulai dari Bengkalis, Selat Dumai, Bagan Api-api, Labuhan Tangga, Tanah Putih dan Rantau Binuwang. Kembali lagi ke Bagan Api-api dan Bengkalis. Perjalanan dengan menggunakan perahu ini banyak menceritakan tentang daerah-daerah yang dilewati tersebut terutama tentang air pasang Sungai Rokan yang menimbulkan ombak Bono (beno). Walaupun perjalanan ini untuk misi penjajah Belanda, tapi sekarang catatan itu menjadi catatan sejarah yang penting. Misalnya catatan tentang Datuk Laksmana di Boekit Batoe (Bukit Batu), Kondisi Bagan Api-Api, kondisi sosiokultural masyarakat yang dilewati oleh J.A van Rijn.
Sumber gambar : http://hdl.handle.net/1887.1/item:815106
Dalam catatan lain pada Staatblad 1894 disebutkan Controleur Onderafdeeling Tanah Poeti dipindahkan ke Bagan Api-api yang direalisir tahun 1901. Hal ini membuat Belanda lebih leluasa menggunakan pelabuhan Singapura yang didukung dengan pengiriman berbagai barang dari pelabuhan Bagan Api-api. Belanda juga merencanakan memperbesar Pelabuhan Bagan Api-api atau dikenal dengan nama Bom Bagan untuk lebih memperlancar dukungan pengiriman barang melalui Pelabuhan Singapura.
Bagan Api-api dahulu adalah negeri berjaya dan bercahaya (le ville lumiere) dengan berbagai potensi besar. Bahkan masih tercatat dalam pelajaran IPS jaman tahun 80-90an tentang kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Bagan mempunyai potensi besar sehingga Belanda mengelola kota ini dengan segala perlengkapannya. Rumah Sakit dibawah pengelolaan direktur Raden Mas Pratomo berkembang baik. Beliau bertugas sejak tahun 1913 dan berasal dari Paku Alaman Yogyakarta. Lulusan Stovia tahun 1906 ini resmi menjadi dokter yang diangkat oleh pemerintah Belanda dan bertugas di Rumah Sakit Bagan Api-api hingga awal tahun 40-an.
Sumber gambar : http://hdl.handle.net/1887.1/item:913974
Selain itu, Belanda juga melengkapi kota Bagan Api-api dengan sebuah bank. Adanya bank menunjukkan perekonomian yang maju pada suatu daerah. Bank ini bernama De Visscherij Bank "Bagan Madjoe". Bank telah beroperasi tahun 1916 ini diperuntukkan bagi pengusaha ikan maupun industri perikanan di sekitar Bagan Api-api.
Begitulah sejarah Bagan Api-api jaman dahulu. Penamaannya pun terjadi perubahan. Sebagian tulisan menyebutkan bahwa perubahan nama dari "Bagan Api-api" menjadi "Bagan Siapi-api" terjadi masih pada zaman kolonial Belanda. Catatan-catatan Belanda seperti ditulis diatas masih menggunakan nama Bagan Api-Api. Catatan lainnya oleh A.G. van der Land dan DR. Sunier dari Batavia Fisheries Intitute tahun 1913 masih menggunakan nama Bagan Api-api seperti tertulis dalam laporannya : "Over de Visscherij Nawoord te Industry Bagan Api Api".
Laporan tentang indutri perikanan kota Bagan jaman dahulu juga menggunakan nama kota Bagan Api-api ataupun Bagan Api Api (pakai tanda hubung) seperti pada laporan BJ Haga (Bouke Jan Haga) yang menjadi Controleur Bagan Api-api tahun 1915-1917 yang menulis : "De Beteekenis van Der Industrie Visscherij van Bagan Api Api en Hare Toekomst" yang dipublikasikan tahun Januari 1917 di The Journal de Economist.
Begitulah nama Bagan Api-api yang bercahaya. Di kisaran tahun tersebut, lahir pula seorang putra daerah Bagan Api-api yang kemudian menjadi terkenal di seluruh dunia. Dia bernama SALIM. Lahir pada tanggal 3 September 1908 dan meninggal 14 Oktober 2008. Dia tak dikenal dari Bagan. Tapi lebih dikenal sebagai Pelukis Indonesia seangkatan Affandi yang berasal dari Indonesia tepatnya kota dekat Sumatera Utara (tak disebut kotanya). Dia lebih dikenal dari Sumatera Utara karena itu merupakan kota terdekat. Dahulu itu adalah daerah Sumatera Timur (termasuk Riau) dengan nama kawasan Hindia Belanda. Salim memiliki ibu Melayu Bagan dan ayah keturunan Persia. Dia berkiprah di Prancis dengan berbagai penghargaan dunia Internasional yang diraihnya. Salim diajar oleh sekolah kehidupan jadi perenung yang sepi dan sendiri sehingga sastrawan Ajip Rosidi menjebutnya sebagai pelukis dengan lukisan "penuh kandungan bernuansa melankolis, puitis, misterius" [A.Rosidi,2003:59].
Sumber gambar :https://id.ambafrance.org/Deces-du-peintre-indonesien-Salim
Begitulah Bagan Api-api atau Bagan Siapi-api. Menampung potensi. Sekarang pun masih berpotensi. Dibidang seni budaya masih tercatat penyair ataupun penggiat seni ataupun sastrawan semacam almarhum Ediruslan Pe Amanriza maupun almarhum Sudarno Mahyudin.
Ya, begitulah Bagan Api-api. Bermula dari kata bagan yang berarti tempat penangkapan ikan, dan siapi-api dalam artian sejenis pohon bakau maupun berarti kota cahaya di jaman yang lebih modern. Sejarah nama yang awalnya cuma Bagan Api berubah ke Bagan Api-api, berubah lagi ke Bagan Siapi-api dan kemudian berubah lagi ke Bagansiapiapi. Apapun perubahan nama itu, daerah ini tetap penuh potensi untuk lebih dikenal ke dunia luar. Menjadi Kota Cahaya.