Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Puisi Jazirah di Sejarah Kota Cahaya Bagansiapiapi

Reupload 16/03/2012

Kunang-kunang lah yang menjadikan petunjuk bagi perahu perantau Tionghoa dari Songkla Thailand untuk mendarat di dataran hutan bakau. Sebuah perjalanan panjang untuk melepaskan diri dari pertikaian antar penduduk Tionghoa dengan penduduk asli daerah Songkla Thailand. Kunang-kunang yang bertebaran di antara pepohonan hutan bakau menjadi penanda bahwa ada daratan disekitarnya. Kunang-kunang itu disebut juga "siapi-api".

Hal diatas hanyalah salah satu versi sejarah asal-usul nama Bagan Siapi-api. Siapi-api berasal dari kunang-kunang yang bercahaya, ataupun kayu bakau api-api dalam versi lainnya yang banyak tumbuh di pesisir daerah Bagan. Bagan lebih diartikan sebagai tempat, daerah, kawasan ataupun alat penangkap ikan.

Apapun itu, keduanya menunjukkan adanya cahaya di kawasan tersebut. Api berarti cahaya. Kunang-kunang mengeluarkan cahaya. Pohon api-api juga mengeluarkan cahaya, minimal jika jadi kayu bakar.

Bagan Siapi-api lebih terkenal sebagai kota nelayan dan kota galangan kapal. Tahun 1928, surat kabar De Indische Mercuur menulis bahwa Bagansiapiapi adalah kota penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah kota Bergen di Norwegia. Dengan industri perikanan trersebut membuat kota Bagan Siapi-api menjadi sebuah kota modern di tahun 1934 dengan kelengkapan kota seperti fasilitas pengolahan air minum, pembangkit tenaga listrik ataupun unit pemadam kebakaran. Sehingga orang Belanda menyebutnya Ville Lumiere (Kota Cahaya).

Kapal-kapal produksi Bagan Siapi-api merupakan salah satu kapal-kapal terhebat buatan nelayan Indonesia bersama Phinisi Bugis. Kapal Bagan dapat mengarungi berbagai jenis karakteristik lautan sehingga digunakan sampai ke Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Maluku. Selain itu, kapal Bagan bahkan digunakan oleh nelayan Srilanka, India maupun Amerika. Ketentuan perundang-undangan kehutananlah yang menyebabkan industri galangan kapal Bagan Siapi-api menjadi mati suri.

Bagan Siapi-api yang dahulunya lebih terkenal daripada Pekanbaru, kini pun kembali menjadi terkenal ke seluruh antero Indonesia berkat dibangunnya kampus IPDN Regional Sumatera yang berada di Banjar XII, Kecamatan Tanahputih. Daerah itu biasa disebut Ujung Tanjung. Ujung Tanjung, ya itu berarti berada di ujung terujung yang menjadi Indonesian point of view. Ujung Tanjung menjadi pusat perhatian seluruh rakyat Indonesia secara umum, seluruh Sumatera secara khusus. Ujung terujung dari sebuah tanjung ataupun Jazirah yang merupakan tanah yang menganjur ke laut seakan-akan merupakan sebuah pulau.

Disitulah terletak kampus IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi Kedinasan dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, yang bertujuan mempersiapkan kader pemerintah, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Institut yang menghasilkan birokrat-birokrat muda. IPDN dahulunya adalah IIP (Institut Ilmu Pemerintahan). Perubahan nama ini karena terungkapnya kasus kekerasan antar siswa pelajar.

IPDN yang dianggap memiliki kurikulum pelajaran semi militer, kini telah berubah paradigma. Tetapi di mata masyarakat, IPDN masih tetap berhubungan dengan kekerasan ala militer. Perlu sebuah cahaya baru bagi IPDN agar anggapan "kekerasan" itu sirna atau juga memberikan cahaya baru bagi peserta didik yang telah terbiasa kaku dalam metode tematik semi militernya. Bukan hanya IPDN, mengembalikan juga "cahaya" ke kota Bagan Siapi-api agar lebih bersinar terang benderang.

Itulah salah satu alasan mengapa para seniman dan budayawan Riau ingin memberikan "cahaya" itu. Cahaya yang bukan sekedar cahaya seperti biasa. Cahaya yang lebih merasuk ke dalam jiwa sehingga membuat manusia lebih tahu akan diri dan sekitarnya. Menjadikan manusia sebenar-benar manusia yang peduli akan lingkungannya. Inilah usaha mendekatkan calon birokrat ke wilayah akal budi dan mata fikir kebudayaan tempatan. Sebuah ikhtiar pencangkokan silang kebudayaan bagi praja seluruh pelosok Indonesia, agar kian bijak dan bajik dalam kehidupan yang bukan fenomena tunggal ini.

Seniman dan Budayawan Riau itu menggelar Puisi Jazirah di kampus IPDN Regional Sumatra Kampus Rokan Hilir yang kadang juga disebut IPDN Kampus Riau. Kegiatan baca puisi ini akan ditaja malam hari ba'da Isya tanggal 23 Maret 2012. Sedangkan pada tanggal 24 Maret 2012, kegiatan Puisi Jazirah ini akan dilaksanakan di Batu Enam Bagan Siapiapi yang merupakan kawasan perkantoran pemerintah Kabupaten Rokan Hilir.

Puisi Jazirah di Kota Cahaya
23 Maret 2012 - Ujung Tanjung
24 Maret 2012 - Batu Enam
Memberikan Cahaya Bijak dan Bajik