Danau Bingkuang dan Lopek Bugi
Artikel Danau Bingkuang dan Lopek Bugi ini dipublikasikan ulang dari Riaumgaz versi 2.0 tanggal 11 Februari 2013
Danau Bingkuang adalah sebuah danau yang terletak di Bangkinang, Kampar, Riau. Danau ini terletak tidak jauh dari pemukiman penduduk masyarakat Bangkinang. Cara mencapai kawasan ini juga cukup mudah, jika kita datang dari Pekanbaru, maka arahkan kendaraan kita ke Bangkinang. Kemudian sekitar setengah jam perjalanan, di jalan lintas, Riau-Sumatera Barat, terdapat jembatan yang populer disebut dengan Jembatan Bangkinang atau Jembatan Kembar Danau Bengkuang/Bingkuang (jembatan lama dan jembatan baru). Jembatan lama dibangun tahun 1968 dan selesai tahun 1969 (menurut Bappenas jembatan ini dibangun 1978), sedangkan jembatan baru dibangun tahun 2000-an.
Di depan jembatan agak ke arah kiri terdapat pasar yang dinamakan Pasar Bingkuang, dan jalan kecil beraspal. Maka berbeloklah ke sana, jalan kecil tersebut terletak di sebelah kiri jalan utama di sisi Sungai Kampar. Itulah akses menuju danau yang indah ini, jika kita dari arah Padang berarti Danau Bingkuang terletak di sebelah kanan kita. Cukup mudah untuk menemukan danau ini, tapi jangan sungkan untuk bertanya kepada penduduk sekitar yang ramah dan dengan senang hati menjelaskan tempat kawasan indah tersebut. Pun begitu terdapat plang yang menunjukkan arah ke Danau Bingkuang.
Namun pastikan bahan bakar kendaraan kita cukup untuk menempuh perjalanan pulang pergi ke danau yang akan kita tuju ini. Meski cukup dekat dengan perkampungan masyarakat, di tempat ini tidak terdapat pom bensin ataupun sejenisnya.
Sebelum ke sana pasti kita bertanya-tanya, “kenapa dinamakan Danau Bingkuang?” Bingkuang merupakan ejaan orang Bangkinang untuk buah yang dalam bahasa Indonesia di sebut Bengkuang. Danau ini terletak sedemikian rupa sehingga menyerupai buah bengkuang.
Danau Bengkuang dikelilingi oleh pohon-pohon beringin besar yang berfungsi sebagai peneduh. Pondokan pedagang kaki lima yang menyediakan aneka makanan ringan juga terdapat di sini. Walaupun hal ini terkesan tidak profesional namun sah-sah saja. Mengingat tempat indah itu belum diberdayakan maksimal oleh pemerintah daerah. Belum maksimal maksudnya, ada beberapa tempat yang memang telah disediakan fasilitasnya oleh pemerintah daerah. Seperti pagar dengan tangga-tangga sebagai akses ke danau. Hal ini cukup membantu untuk menikmati kecantikan Danau Bingkuang plus jika ingin berfoto ria.
Tempat atau bangunan untuk berjualan masih di bangun sendiri oleh penduduk setempat. Oleh karena itu cara terbaik dan tercepat untuk mendapatkan makanan adalah dengan membelinya di pedagang kaki lima yang ada di sana.
Danau Bingkuang merupakan tempat wisata alternatif yang menampilkan pesona alternatif. Air danau yang tenang, kerindangan pohon, aneka burung yang masih bisa ditemukan, kenyamanan yang ditawarkan oleh alam di kawasan ini sebenarnya pantas untuk di bayar lebih. Oh iya, kita tidak perlu membayar untuk masuk kawasan ini seperti tempat-tempat wisata umumnya karena di sini belum di pungut biaya retribusi.
Beragam aktivitas dapat kita lakukan di sini. Bagi rombongan atau keluarga besar yang iseng mengisi akhir pekan mereka dengan rencana berpiknik, tempat ini layak dipertimbangkan. Bagi yang hobi memancing namun dengan tempat yang tidak biasa dan lebih menyatu dengan alam, di sini ada fasilitasnya. Selain itu, Danau Bingkuang merupakan tempat diadakannya acara ‘mandi balimau’ yang merupakan sebuah tradisi masyarakat lokal ketika menyambut bulan Ramadhan.
Sekarang bicara tentang oleh-oleh di saat pulang. Bagi yang memancing tentu saja membawa ikan hasil pancingannya (jika berhasil). Namun jangan khawatir, di Danau Bingkuang terkenal dengan "lopek bugi"-nya (Lopek Bugi Danau Bingkuang) yang dapat dibeli di dekat Jembatan Danau Bingkuang. Ketika diperjalanan pulang usai menikmati pesona Danau Bingkuang, dan telah menemukan jalan utama lagi, maka arahkan kendaraan kita ke arah jembatan. Tepat di ujung jembatan di seberang sana, di sisi-sisi jalan, berjejer para penjual lopek bugi. Makanan manis sejenis lepat yang dibungkus dengan daun terbuat dari tepung beras ketan hitam dan putih. Entah kenapa disebut dengan Lopek Bugi yang jika di-Indonesia-kan menjadi Lepat Bugis. Harganya cukup terjangkau Rp 10.000/bungkus. Selamat mencoba! (tya)
Catatan dari Wikipedia :
Lepat adalah makanan khas Indonesia, yang banyak dijumpai pada masyarakat Sumatera, seperti Minangkabau, Aceh, dan Melayu. Lepat terbuat dari tepung ketan yang diisi dengan gula merah hingga kalis, kemudian dibungkus dengan menggunakan daun pisang dan di bagian tengahnya diberi kelapa parut yang telah digongseng dengan gula yang dinamakan inti, kemudian dikukus hingga matang. Pada masyarakat Gayo, lepat khusus disajikan pada hari-hari tertentu, terutama menjelang puasa (megang) dan Lebaran. Lepat akan tahan lama jika diasapi hingga dua minggu.
Catatan dari PU.Go.ID
Jembatan Danau Bingkuang
Informasi Infrastruktur
Propinsi : Riau
Sektor : Direktorat Jenderal Bina Marga
Tahun Mulai : 1968
Tahun Selesai : 1969
Panjang Total : 200 m
Bentang Terpanjang : 120 m
Lebar : 7 m
Tipe Bangunan Atas : Jembatan Rangka Baja Khusus
Tipe Bangunan Bawah : Sumuran
Metode Pelaksanaan : Balanced Cantilever
Biaya : Rp. 410.000.000,00
Konsultan : Direktorat Jenderal Bina Marga
Kontraktor : PT. Waskita Karya (Persero)
Manfaat : Penyebrangan manusia dan kendaraan.
Lokasi : Riau
Jembatan Danau Bingkuang/Bengkuang Bangkinang Riau
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6537/
http://www.jpnn.com/read/2011/11/29/109485/88-Ribu-Jembatan-Membentang-di-Indonesia-