Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lelaki Pembawa Kain Kafan: Sebuah Keberhasilan Novel Sufi Melayu

Reupload 21/02/2013

Salah satu keberhasilan yang kuat dari sebuah karya sastra adalah ketika karya tersebut memiliki karakter yang mampu membedakan antara karya tersebut dengan karya yang telah ada. Di sini bukan hanya karya itu sendiri yang berhasil berkompetisi dengan karya-karya yang lain, namun sesungguhnya penulis juga menunjukkan diri sebagai sosok berkarakter yang menjadi identitas khas dirinya dalam melahirkan sebuah karya sastra berikutnya. Dan inilah yang akan kita temukan pada sebuah novel berkarakter, Lelaki Pembawa Kain Kafan karya Griven H. Putera. Sosok Griven H. Putera bukanlah sosok baru di dunia kesusastraan Melayu Riau. Karya-karya besar dan berkarakter telah ia lahirkan dalam beragam bentuk seperti cerpen dan novel. Berbagai penghargaan pun diraihnya, baik di tingkat lokal maupun nasional. Keberhasilan Griven H. Putera telah mencirikan dirinya sebagai salah seorang penulis sufi Melayu yang berkarakter.

Lelaki Pembawa Kain Kafan merupakan sebuah novel bertema melayu yang sangat kuat. Memasuki sajian awal dari novel tersebut, kita seolah-olah telah dibawa pada ruang Melayu yang begitu dekat. Griven H. Putera memiliki banyak keberhasilan dalam menggarap novel karyanya tersebut. Beberapa keberhasilan yang bisa kita simak diantaranya adalah sebagai berikut:

lelaki pembawa kain kafan

Lelaki Pembawa Kain Kafan

1. Keberhasilan dalam hal karakter
Griven H. Putera telah mampu menyajikan hal yang berbeda yang belum banyak disajikan oleh penulis-penulis Riau. Sebuah tema sufi Melayu yang lebih mengakrabkan pembaca dengan Tuhannya, dipadukan dengan unsur-unsur budaya lokal melayu yang khas tampaknya telah berhasil dengan kuat disajikan oleh Griven H. Putera dalam Lelaki Pembawa Kain Kafan tersebut. Beberapa dialog yang menguatkan pesan ini bisa kita simak di dalam novel tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
‘’... Darinya semua berasal, kepadanya semua berlabuh. Tiada Ilah selain Dia. Dia yang sebenar hak, Dia yang abadi. Hak mati, tiada mati. Di luar di dalam tiada mati. Pandai berkata tiada mati. Kata Allah Hak...! Laa ilaaha illallaah! Muhammad Rasuulullaah.’’ (Hal 106). Dan terdapat juga pada kalimat, “Dia yang dulu, Dia yang kemudian, Dia yang awal dan Dia pula yang akhir. Ia yang menghidupkan, Ia pula yang mematikan…”

Keberhasilan karakter tersebut bisa dirasakan langsung oleh pembaca dimana seorang pembaca yang betul-betul menghadirkan diri untuk menyimak pesan-pesan yang diberikan dalam novel tersebut akan langsung bisa mengetahui apa yang menjadi amanat dari penulis. Amanat yang membawa perenungan terhadap kecintaan seorang hamba pada Tuhannya.

2. Keberhasilan dalam beberapa unsur karya sastra
Secara ringkas, novel Lelaki Pembawa Kain Kafan tersebut bercerita mengenai hilangnya sosok juru penerangan (Jupen) secara misterius dari kampong sebagai tempat dimana ia sering menyampaikan ceramah. Jupen tiba-tiba hilang. Seisi kampung kebingungan. Mereka mencari-cari Pak Kahar (nama Jupen tersebut). Khawatir jika Jupen tersebut hanyut di sungai. Para dukun juga sibuk mencari Pak Kahar ke dunia lain.

Di tengah kehebohan tersebut, tanpa disadari kepergian Jupen tersebut sebenarnya adalah untuk menghindarkan diri dari orang-orang yang dengki padanya. Di saat semua orang menganggap Jupen tersebut telah mati, tiba-tiba ia muncul kembali. Kedatangannya tersebut rupanya hanya untuk mengambil barang yang tertinggal, dan kedatangan tersebut hanya diketahui oleh Pak Guru. Setelah itu Jupen menghilang kembali dan rahasia ini tetap tertutupi hingga akhir cerita.

Dari penyajian novel sufi Melayu tersebut, penulis berhasil memberikan sesuatu yang berbeda kepada pembaca. Keberhasilan tersebut tercermin dalam sejumluh unsur karya sastra seperti dialog, alur, plot dan sebagainya.

Penulis mampu menyajikan gaya bertutur yang cukup unik di dalam karyanya. Dialog-dialog khas Melayu yang ringan berhasil ia masukkan secara apik di dalam setiap rangkaian plot. Menyimak gaya bertutur yang dipakai oleh penulis mengingatkan kita pada bahasa-bahasa Melayu sehari-hari yang biasa kita dengar. Penulis berhasil menyajikan hal yang biasa menjadi hal yang luar biasa.

*****

Lahirnya novel Lelaki Pembawa Kain Kafan karya Griven H. Putra tersebut merupakan pesan kegembiraan bagi dunia kesusatraan Melayu khususnya, meskipun juga memiliki beberapa catatan evaluasi secara teknis penerbitan novel. Diantaranya adalah kelengkapan keterangan nama penerbit, editor dan sebagainya.