Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pulau Rupat Sangat Penting Bagi Dunia

Reupload 20/03/2013
Siapa yang meragukan keindahan Pulau Rupat? Orang yang belum pernah berkunjung ke sana pun pasti percaya akan pesona pulau ini, khususnya Pulau Beting Aceh yang berpasir putih itu. Namun berapa banyak orang yang tahu bahwa pulau yang berada di seberang Kota Dumai ini dapat berperan sebagai penyelamat dunia atau sebagai awal dari kerusakan dunia?

Pulau Rupat terletak di Kabupaten Bengkalis, Riau ini menjadi salah satu master plan pariwisata Indonesia sejak tahun 2010. Walau telah mendapatkan posisi terhormat tersebut, pulau bergambut ini tak lantas aman dari segala ancaman.

Pulau Rupat Sangat Penting Bagi Dunia


Pulau yang berhadapan dengan Malaysia ini bukan hanya milik kita. Karena, setiap tahun, sekitar 10.000 raptor (burung pemangsa) per hari, mendatangi pulau seluas 1.500 kilometer persegi tersebut. Para raptor itu menjadikan pulau ini sebagai tempat singgah sementara (transit) setelah terbang dari negara-negara di bagian Asia Timur.

Sumber: Attayaya

Pulau Rupat Tempat Singgah Elang
Berdasarkan pantauan Non-Government Organization (NGO) Raptor Indonesia (RAIN) di Pulau Rupat terlihat 19 spesies dari 56 jenis spesies raptor yang terdiri dari elang dan alap-alap di Asia yang berimigrasi. Dari Pulau Rupat para raptor tersebut melanjutkan perjalanan memasuki Indonesia menuju daerah-daerah panas, seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan.

Imigrasi besar-besar tersebut terjadi pada bulan September hingga November setiap tahunnya. Hal itu untuk menghindari musim dingin di negara asalnya, Asia Timur, seperti China, Jepang dan Siberia. Raptor terkenal sebagai hewan yang membutuhkan kondisi thermal (panas) untuk dapat terbang tinggi dan gesit. Oleh karena itu, mereka sangat menghindari musim dingin.

Hewan yang menduduki peringkat atas rantai makanan ini menjadikan Pulau Rupat sebagai salah satu pintu masuk ke Indonesia untuk mencari tempat tinggal sementara (wintering area). Hal itu terjadi hingga musim semi datang, sekitar bulan Februari-Maret. Pada saat itu mereka akan kembali ke negara asalnya. Namun beberapa spesies dari raptor tersebut kemudian memilih untuk menetap dan menjadi hewan endemik di beberapa pulau di Indonesia.
Burung pemangsa ini juga memiliki sifat sangat hemat dalam penggunaan energi ketika terbang. Karenanya raptor mencari pulau-pulau dengan jarak yang dekat dalam lintasan imigrasinya. Pulau Rupat memenuhi semua syarat itu. Kedekatan pulau ini dengan perairan laut dan Tanjung Tuan (Malaysia) menjadikannya ideal bagi tempat transit sebelum masuk ke kawasan Indonesia lebih jauh.

Pulau Rupat menjadi bagian penting dari koridor imigrasi raptor yang disebut dengan eastern island corridor (koridor pulau-pulau pasifik). Beberapa jenis elang dan alap-alap yang menggunakan jalur ini antara lain:

  1. Baza Hitam (Aviceda leuphotes),

  2. Elang Hitam (Ictinaetus malayensis Temminck),

  3. Sikep Madu Asia (Pernis ptilorhynchus),

  4. Elang Alap Nipon (Accipiter gularis),

  5. Elang Alap China (Accipiter soloensis),

  6. Elang Kelabu (Butastur indicus),

  7. Elang Alap Petalabu (Accipiter poliocephalus),

  8. Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster),

  9. Elang Ular Bido (Spilornis cheela),

  10. Elang Bondol (Haliastur indus)

  11. Alap-alap Kawah (Falco peregrinus) dan lain-lain.

Inilah gambaran tentang nilai penting Pulau Rupat bagi dunia.
Posisi raptor sebagai pemuncak pada rantai makanan-lah jawabannya. Raptor berperan sebagai indikator keseimbangan ekosistem. Terjaganya ekosistem di Pulau Rupat dengan sendirinya akan menjaga kelestarian raptor.

Terjaganya kelestarian raptor dengan sendirinya juga menjaga perkembangan hewan-hewan yang kerap menjadi mangsa mereka. hewan-hewan yang dimangsa oleh raptor sering kali adalah hama bagi manusia, misalnya tikus, belalang, katak dan hewan-hewan kecil lainnya.

Catatannya adalah raptor-raptor tersebut datang ke Pulau Rupat dari berbagai negara di dunia. Kemudian dari pulau inilah mereka melanjutkan perjalanan ke daerah-daerah tropis lainnya selama musim dingin. Usai musim dingin, mereka akan kembali ke negaranya.

Ketika Pulau Rupat rusak, maka populasi raptor di dunia juga akan turut rusak. Jika populasi raptor rusak, maka perkembangan hewan-hewan mangsa raptor akan tumbuh tanpa terkendali. Ketika itulah mereka akan jadi hama bagi manusia. Bukan hanya masyarakat Indonesia yang akan mengalami hal tersebut. Namun juga negara-negara yang memiliki reptor sebagai hewan endemik.

Saat ini laju deforestasi dan pembukaan lahan untuk perkebunan yang terjadi di Rupat terus meningkat. Dan, menjadi ancaman berat bagi habitat raptor. Ironisnya, Pulau ini tidak termasuk sebagai kawasan lindung (non-kawasan konservasi), sehingga hal itu turut menjadi ancaman bagi keberadaan raptor di Indonesia bahkan di tingkat dunia.

Tapi, harapan selalu ada untuk Pulau Rupat yang lebih baik. Pemerintah Riau telah berusaha menjadikan Pulau yang berpantai pasir di bagian utaranya ini sebagai wilayah kunjungan wisata bagi turis lokal maupun manca negara. Dan, keberadaan raptor di sana bukanlah sebuah tantangan terhadap tujuan tersebut. Sebaliknya, ia menjadi daya tarik tambahan akan keindahan dan kekayaan Pulau Rupat.

Monitoring raptor saat ini telah menjadi trend wisata alam tersendiri bagi masyarakat internasional. Pemerintah Taiwan, Malaysia dan Thailand telah memiliki kawasan monitoring raptor. Setiap tahun, kawasan monitoring raptor mendapat kunjungan melimpah dari turis internasional di negara tersebut. Di Indonesia sendiri, sudah terdapat kawasan monitoring burung di Kepuluan Seribu, namun bukan untuk burung pemangsa seperti raptor.

Di kawasan wisata konservasi raptor, masyarakat akan mendapatkan edukasi tentang pentingnya peran raptor bagi keseimbang ekosistem di dunia. Masyarakat Riau terkenal dengan prasangka bahwa elang merupakan musuh bagi ternak ayam mereka. Namun tidak banyak yang tahu bahwa elang lebih banyak berperan sebagai predator alami bagi katak dan tikus, hama tanaman padi mereka.

Selain itu, pengunjung yang datang juga dapat menikmati keindahan dan pesona raptor yang masih liar langsung dari habitatnya tanpa mengganggu siklus hidup mereka. Yang terpenting dan perlu kita ingat adalah para raptor tidak butuh hotel, wisma, motel atau penginapan lainnya. Mereka hanya butuh alam yang terjaga ekosistemnya. Akankah Pulau Rupat mampu terjaga dan memainkan perannya sebagai penyelamat hewan raptor dengan baik?(IS)

http://raptorindonesia.org/sosialisasi-dan-monitoring-migrasi-raptor-di-pulau-rupat/