Profil Riau Rhythm Chambers Indonesia
Tidak banyak grup band di Riau yang memainkan musik Melayu. Di antara beberapa itu, RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA (RRCI) adalah salah satu yang konsisten menjadikan musik Melayu sebagai aliran utama mereka. Namun yang unik dari grup musik ini adalah bagaimana mereka memadukan lantunan nada-nada Melayu dengan nada-nada musik eropa/modern.
Beberapa tahun lalu Riau Magazine berkesempatan untuk ngobrol-ngobrol dengan Rino Dezapaty, salah satu pendiri dan juga komposer dari RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA. Berikut ini hasil wawancaranya.
Riau Magazine (RiauMagz): Kapan kelompok atau grup musik ini ini didirikan?
Rino Dezapaty (RD): RRCI Berdiri pada tahun 2002 tepatnya bulan Juni di Pekanbaru. Yang mendirikan 3 orang, Saya (Rino), Hari Sandra dan Alyusra.
RiauMagz : Ide awalnya mendirikan grup musik ini?
RD: Sebenarnya alasan mendirikan RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA ingin memberikan eksistensi terhadap apresiasi budaya khususnya musik tradisi. Kenapa namanya Riau Rhythm Chambers, identitas musik yang terlahir dilingkungan kita dan konsep-konsep musik yang disuguhkan bermuatan Melayu Riau terdiri dari banyak ragam. Rhythm adalah irama, irama Riau yang kita suguhkan. Penambahan Indonesia adalah kebanggaan kita menjadi bagian di nusantara dan republik ini.
RiauMagz: RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA adalah grup musik yang menampilkan musik Melayu, tapi dengan nuansa atau kemasan yang berbeda. Bagaimana tanggapannya?
RD: Lebih tepatnya kami bermain di wilayah world music, musik tradisional Melayu yang dieksplorasi dalam warna musik Eropa (barat) menjadi kemasan musik grup melayu ini.
RiauMagz: Bisa ceritakan tentang konsep bermusik RRCI?
RD: Sebenarnya konsep musik RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA sederhana saja, pola Melayu degan gesture yang dinamis, dipadukan dengan gaya musik barat yang progresive. Dengan membawa konsep seperti ini, musik melayu yang biasa terdengar sederhana dan bersahaja akan lebih padat karena secara komposisi menggabungkan unsur progresive chord yang luas. Lebih tepatnya "Etchno Electro" ini juga sudah ada kajiannya. Dan kita sebagai salah satu follower tipe musik Etchno Electro.
RiauMagz: Apakah tidak takut konsep bermusik grup RRCI yang memadukan musik Melayu dengan musik Barat/modern ini akan justru menghilangkan identitas musik Melayu yang orisinil?
RD: Melayu lebih dekat dengan kebudayaan Eropa dan budaya Arab (negara-negara maghrib) namun originalitasnya terletak pada instrument yang kita gunakan dan irama serta cengkok (grenek)/gaya muatan musik melayu asli sendiri., tergantung dari pada komposisinya. Grup musik kami mempunyai visi dan misi ingin menyetarakan musik tradisi nusantara, dan mencoba berkolaborasi dengan musik barat, hasilnya lebih padat namun tetap malay's taste dan lebih bersahaja dan mengalir. Segmentasinya generasi muda, karena musik barat sudah terbiasa tumbuh dan berkembang pada kebudayaan anak zaman sekarang dan lebih mendominasi saat ini dijalur industri. Ibaratnya kita ingin memberikan penawar kepada telinga penikmat musik muda, untuk lebih mengerti musik tradisionalnya dengan musik yang menjadi kebiasaan didengar mereka sekarang.
RiauMagz: Bagaimana respon kalangan seniman, budayawan terhadap musik yang disajikan RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA?
RD: Secara responsif, pro dan kontra adalah hal yang wajar, namun seni tetaplah seni. Penyajian tetap menjadi selera, ada yang senang dengan originalitas, ada yang senang dengan kekinian bahkan ada yang tidak senang sama sekali. It's fair, dan kembali kepada persoalan selera. Point centre kita adalah young generation (generasi muda) dan mengangkat muatan-muatan lokal dari ceruk-ceruk diwilayah rural (pedesaan) kepada kalangan urban (perkotaan). Karena episentrum dari kebudayaan dan musik tradisi itu di pedesaan/kampung-kampung dan tetap kita lestarikan. Kemudian di wilayah urban inilah kita mengembangkan dalam kemasan kekinian. Kemasan adalah hal yang menjadi perubahan dalam seni pertunjukan RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA. Bagi generasi muda tentang musik tradisi ada yang kurang paham menjadi paham, oleh sebab itu bagi budayawan yang sudah paham malah akan menjadi berbeda pemahamannya karena menyangkut dengan selera, hehehe...
RiauMagz: Sebagai seorang seniman yang sering tampil, bagaimana Anda melihat animo masyarakat terutama generasi muda terhadap kesenian tradisional Melayu, khususnya musik?
RD: Well, animonya sangat luar biasa. Bisa dilihat dari setiap pertunjukan yang berbayar atau menjual tiket. Hampir 80 persen terjual, ini membuktikan musik etnik masih mendapat tempat dihati pendengar, penikmat bahkan kritikus musik. Hiburan tetap menjadi hiburan, namun yang berbeda dari RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA adalah nilai jual, nilai edukasi dan pelestarian menjadi option utama dalam kita bermusik. Segeralah kita membangun budaya itu dari kita sendiri dan dengan gaya kita sendiri menterjemahkan agar Melayu terus berkembang pesat dan menjadi pioner di Asia Tenggara..
RiauMagz: Ada satu lagu RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA yang sering terdengar di mana-mana di Riau, khususnya Pekanbaru. Ada yang menyebutkan judulnya Satelit Zapin atau Planet Zapin. Mana yang betul judulnya?
RD: Memang berjudul Satelite of Zapin awalnya, namun 60 persen kemudian lebih setuju memberi title karya ini menjadi Planet Zapin. Kurator kita (Alm) Ben M Pasaribu yang akhirnya memberikan judul karya ini.
RiauMagz: Lagu Planet Zapin ini bisa dikatan masterpiece RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA. Bisa diceritakan proses penciptaannya?
RD: Memang sedikit rumit untuk membuat karya Planet Zapin, musik zapin yang bisa diterima dikalangan apapun, bukan zapin kuno ataupun zapin yang terbiasa dimainkan hanya dengan waktu tertentu. Ini menarik sekali, gagasan ini muncul ketika mengeksplor musik jogi melayu. Dengan rhythm dan beat classic disco, saya sebagai komposer juga memberi kebebasan kepada instrument lain untuk melakukan solist (solo) agar memberikan aspek kepada penikmat dan pendengar bahwa integritas bermusik bukan hanya dalam satu rhythm saja. Namun kalimat dialog satu sama lain akan lebih bervariatif.
RiauMagz: Bicara musik Indonesia. Dikalangan musisi atau beberapa penikmat musik tanah air, musik melayu dikatakan sebagai perusak musik indonesia. Contoh kasus, Kangen Band, ST12, Wali, dsb.. Tanggapannya?
RD: Well, mereka itu bukan perusak. Penilaian itu yang salah. Sebenarnya kembali kepada jati diri musik kita, bahwa musik barat sudah terlalu jauh masuk kedalam kehidupan sehari-hari bangsa ini. Indonesia hampir kehilangan identitas, keren-kerenan kadang kebule-bulean. Namun sebagian besar bangsa ini tidak tau kalau kita dirampok secara besar-besaran oleh negara barat, mengambil kultur, budaya serta musik-musik nusantara. Jadi yang mengatakan perusak itu adalah orang-irang yang tidak tau dengan musik identitas Indonesia. Industri tetaplah industri, mengambil peluang untuk berbisnis secara retail, CD dan yang lagi booming adalah RBT (Ring Back Tone). RBT bukanlah bisnis musik, hanya bisnis provider namun justru menguntungkan musisi secara langsung. Jadi jangan menyalahkan wali, ST 12, kangen Band dsb. Tapi itu membuktikan selera sebagian besar bangsa ini tidak kebarat-baratan dan mereka sangat mencintai produk dalam negri
RiauMagz: Apa nih langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh grup ini?
RD: Memang kita akui RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA lebih bersifat independen secara distribusi awalnya, namun sekarang kita sudah melakukan pertemuan dengan manajemen label di jakarta untuk urusan publisher. Mudah-mudahan mendapat kesepakatan yang baik, dan ini juga akan kita sebar luaskan keseluruh kelompok musik yang ada, agar bisa lebih muncul kepermukaan industri musik tanah air. Insya Allah.
RiauMagz: Amiin..
Video Penampilan RIAU RHYTHM CHAMBERS INDONESIA dalam konser tunggal mereka, saat membawakan lagu Planet Zapin.
Profil Riau Rhythm Chambers Indonesia
Personil:
- Rino Dezapaty : Gambus
- M. Santoso David (santos) : Biola
- Ardiansyah (Anute) : Accordeon
- Akmal E (ayah) : Perkusi
- Yayan Yanuar : Piano Keyboard
- I Gusti Putu Ardiana (Gepe) : Drum
- Iwan : Guitar
- Galuh Fitra : Bass
- Derry Martalova : Vocal
- Yunita Hartati : Vocal
Album/Singel:
- Kebangkitan Melayu, bekerja sama dengan Pemprov Riau sebagai ikon provinsi Riau (2004)
- Songket Riau Kemilau instrument melayu (2006)
- Riau Menangis - mini album (2008)
- Atan Hip - Hop (rilis 2012)
Pengalaman Tampil:
- Riau Hitam Putih International World Music Festival
- Surabaya Full Music
- Beberapa kota lain di Indonesia seperti Yogyakarta, Bali, Jakarta.
- Festival Film Busan - korea Selatan
- Turkiye Folk Music – Turki
- Serta beberapa kota lain di luar negeri seperti Kuala Lumpur, Amsterdam, Dll.
Prestasi/Penghargaan:
- Juara umum nasional Lomba Pop Daerah di jakarta
- Honoure Le musique de folklore
- Dan beberapa penghargaan lokal serta menjadi materi mata perkuliahan kesenian.
Fans Page/Twitter:
- Facebook: Riau Rhythm Chambers Indonesia
- Twitter: @riaurhythm
Manajemen:
- Rumah Masa Depan Management Jakarta
- Publisher serta management lokal dipegang oleh Melayu Raya Entertainment.
- Publisher international bekerjasama dengan FP Entertainment Kula Lumpur - Malaysia.
Contact Person :
Rino Dezapaty : +62-81378870807 - +62-81959755583, email : riaurhythm@yahoo.com - rinodeza@yahoo.com