Seni Koba - Seni Budaya Masyarakat Rokan Riau
Seni Syair Koba pada tahun 2015 telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda di Provinsi Riau oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RIMengenal Koba Sebagai Tradisi Lisan
Koba merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat Melayu yang tinggal di daerah pesisir Sungai Rokan (sekarang menjadi Rokan Hulu dan Rokan Hilir) serta di daerah Mandau (sekarang masuk daerah Bengkalis). Koba disampaikan dengan gaya bernyanyi, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Orang yang menyanyikan koba disebut tukang koba. Koba di daerah Sungai Rokan menggunakan bahasa logat Rokan, sementara yang di daerah Mandau menggunakan logat sakai. Pertunjukan koba biasanya dilakukan di acara-acara perhelatan kampung seperti pernikahan, khitan dan sebagainya. Penyampaian koba oleh tukang koba dapat menggunakan music maupun tidak. Bagi yang menggunakan musik, alat musik yang digunakan biasanya menggunakan babano atau rebana dan gendang. Alat music ini digunakan oleh tukang koba untuk mengatur jeda koba yang dibacakan. Tukang koba sendiri yang menabuhnya. Setiap koba memiliki irama dendangnya masing-masing.
Proses Pertunjukan Koba
Koba biasanya berisi tentang nasihat kehidupan, cerita alam, hewan, makhluk halus, manusia, makhluk-makhluk ajaib, dewa, kayangan, kecantikan, ketampanan, kegagahan dan kadang diselingi dengan kisah-kisah lucu. Biasanya mengandung unsur pengajaran, pendidikan serta nilai-nilai sejarah.
Koba biasanya dibacakan di malam hari selepas isya. Pembacaannya pun bisa bersambung selama beberapa malam, ada yang tiga malam dan ada pula yang hingga enam malam. Pertunjukan koba menjadi ruang bebas berekspresi dan profesional bagi tukang koba. Sebelum koba dibacakan, biasanya tukang koba akan makan sirih lebih dulu bersama-sama khalayak. Lalu ia membacakan pantun singkat tentang proses perjalanannya hingga sampai ke tempat berkoba, dengan menyampaikan ungkapan terimakasih kepada khalayak. Tak jarang para penontong membalas pantun-pantun tersebut. Apabila pembacaan koba menggunakan alat musik, maka biasanya sebelum memulai pembacaan, dibuka dengan pemukulan alat musik secara ritmis.
Di tengah pembacaan koba, biasanya tukang koba bisa mengambil jeda. Waktu diisi dengan makan sirih, minum kopi, merokok dan berbincang-bincang dengan khalayak. Apabila waktu jedanya terlalu lama, penonton biasanya akan menyindir dengan menggunakan pantun. Tukang koba biasanya akan menjawab, maka terjadilah jual beli pantun yang membuat suasana semakin hangat.
Penundaan waktu itu biasanya juga dilakukan untuk memancing rasa ingin tahu khalayak. Mereka yang tak sabar mendengar kelanjutan cerita tersebut biasanya rela membayar lebih untuk mempercepat kelanjutan koba yang dinyanyikan tukang koba. Secara umum suasana pembacaan koba adalah suasana keceriaan, penuh hiburan namun juga tetap memiliki nilai-nilai pesan yang ingin disampaikan dalam setiap cerita. Untuk cerita-cerita penuh sakral biasanya di akhir cerita, tukang koba bisa melakukan ritual-ritual tertentu seperti berdoa, menyembelih ayam, menyembelih kambing dan sebagainya. Dalam suasana mistis, orang yang punya hajat biasanya juga harus menyediakan persembahan bagi tukang koba berupa pisau belati, sekabung kain putih, dan limau purut.
Nisdawati dalam makalahnya yang berjudul "Nilai-Nilai Tradisi dalam Koba Panglimo Awang, Masyarakat Melayu Pesisir" menyebutkan pola naratif dari penyampaian Koba meliputi beberapa cara, diantaranya:
- Menggunakan pola tutur biasa, gaya ekspresi tubuh biasa dan tanpa mengggunakan iringan bunyi.
- Tutur bergaya disertai ekspresi tubuh yang biasa sebagai respon dari tutur yang disampaikan.
- Tutur bergaya disertai gerakan-gerakan yang meniru orang lain.
- Tutur bergaya disertai dengan ekspresi gerakan tubuh yang atraktif
- Tutur biasa diselingi dengan nyanyian, diiring dengan ekspresi tubuh yang atraktif, seperti koba si Takul dan koba cambai
- Nyanyian yang diselingi dengan tutur biasa, seperti koba Bonai Cik Ani.
- Nyanyian penuh diiringi ekspresi tubuh, seperti koba Pak Taslim, Tuk Ganti dan Wak Setah.
- Nyanyian penuh dengan ekspresi diiringan dengan gerakan tubuh yang atraktif, seperti koba Tuk Ganti.
Fungsi Tradisi Lisan Koba
Zainuddin, dkk (1986) dalam bukunya menyebutkan ada beberapa fungsi dari tradisi lisan koba tersebut, diantaranya adalah:
- Salah satu sifat masyarakat melayu yang enggan berterus terang sehingga membutuhkan bahasa perlambangan untuk menyampaikannya, melalui koba inilah pesan tersebut dapat disampaikan.
- Kebutuhan untuk berkoba, menyampaikan sesuatu kepada khalayak.
- Keinginan hiburan, koba juga bernilai hiburan di setiap acara-acara khalayak yang diadakan.
- Sebagai cara atau alat para tokoh adat atau agama untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.
- Membangun hubungan antara manusia dengan Tuhan, atau makhluk-makhluk lain yang menjadi kepercayaan masyarakat setempat.
- Koba juga berfungsi sebagai cara berkomunikasi di tengah masyarakat di daerah terkait.
Adapun beberapa syarat menjadi tukang koba, diantaranya adalah:
- Memiliki kemampuan berbahasa melayu yang baik.
- Menguasai keahlian berpantun, membaca koba sambil petatah petitih.
- Memiliki kemampuan mengingat jalan cerita koba yang ingin disampaikan, mirip seperti pendongeng.
- Memiliki kualitas suara yang baik untuk menyampaikan koba.
- Mampu menyanyikan koba sesuai lagunya, setiap judul koba ditandai dengan repotoar yang berbeda.
- Memiliki keahlian moningkah (memukul babano)
- Mampu merespon audiens dengan berbagai cara yang sesuai.
- Memiliki rasa percaya diri, kontrol diri yang baik di hadapan audiens.
Jenis-Jenis Koba Yang Populer
Menurut Taslim (budayawan) di daerah Rokan Hulu dikenal beberapa jenis koba, diantaranya adalah:
- Koba duduk, merupakan koba yang dinyanyikan tanpa menggunakan alat music, sesekali koba dinyanyikan dengan irama biasa. Biasanya mengisahkan tentang cerita Rao-rao dan Puti Lindun Bulan. Secara umum biasanya berisi tentang cerita-cerita dongeng dan kisah-kisah lucu tradisional.
- Koba boguliang, merupakan jenis koba yang bisa dilakukan di rumah oleh orang tua terhadap anaknya. Seorang ibu maupun ayah bisa bernyanyi menidurkan anaknya dengan menggunakan koba.
- Koba panglimo awang, merupakan salah satu koba yang terkenal dari daerah Rokan. Penyampaian koba ini bisa dilakukan selama 3 malam. Panglimo Awang merupakan salah seorang pelaut melayu yang terkenal kisah pengembaraannya. Diabadikan dalam nyanyian-nyanyian koba di Rokan.
Sumber :
https://lamriau.id/koba/
http://riaupos.co/270-spesial-ratap-sicuriang-dan--sibongsu.html#.WY8mZelLfIV
http://riauculture.blogspot.co.id/2011/06/romantisme-melayu-dalam-koba.html
[RiauMagz | Wisata Riau]