Penelitian Muara Takus Kota Tjandi oleh Corn. de Groot
Penelitian Muara Takus
Telah banyak penelitian dilakukan terhadap Candi Muara Takus. Penelitian oleh Corn. de Groot secara ilmiah dianggap yang pertama tercatat dan memiliki catatan resmi yang tercantum dalam publikasi majalah/jurnal ilmiah. De Groot pun secara ilmiah dianggap sebagai penemu Candi Muara Takus yang hilang, Schnitger menyebut candi ini sebagai "Kerajaan Yang Dilupakan di Sumatra"
Catatan RiauMagz :
Tulisan Corn de Groot ini merupakan bagian dari Majalah untuk Bahasa, Negara dan Antropologi Indiische, diterbitkan oleh Masyarakat Seni Batavia dan Ilmu Pengetahuan, Di bawah editor para ahli J. Munnich dan E. Netscher, Bagian IX, Seri Ketiga, Bagian III. Halaman 531-533. Diterbitkan di Batavia. Gambar terdiri dari 2 halaman tanpa nomor halaman berada antara halaman 532-533.
Tulisan ini akan kami (RiauMgaz) gabungkan dengan beberapa penelitian lainnya dalam sebuah tulisan lain. Mengenai ketidaktepatan penerjemahan Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia yang kami (RiauMagz) lakukan agar dapat dimaklumi.
Terjemahan dilakukan dan dibantu oleh beberapa pihak yang tidak mau disebutkan. Selain itu, kami (RiauMagz) juga telah memperbaiki beberapa teks hasil digitalisasi Google.
Mengenai nama lengkap Corn. de Groot, kami (RiauMagz) banyak menemukan varian nama, tapi kami lebih yakin kepada nama J.P. Cornets de Groot, yang tercantum pada alamat link berikut :
https://archive.org/stream/tijdschriftvoor39unkngoog#page/n539/mode/1up/search/J.+P.+Cornets+de+Groot
(SUMATRA'S WESTKUST).
DOOR
CORN. DE GROOT.
(Met eene plaat)
KOTA CANDI
SUMATRA'S PANTAI BARAT
OLEH
CORN. DE GROOT
(Dilengkapi Plat Gambar)
Den 16n augustus 1858 was ik van de Kampong Tandjong gelegen in de XII Kota, eene tegen de landen onder nederlandsch gebied grenzende onafliankelijke landstreek, de batang Kampar afgezakt tot de Kampong Tjandi, waar mij werd medegedeeld, dat een uur gaans van daar de overblijfselen zigtbaar waren van eene steenen, door de engelschen gebouwde vestiging, doch dat er van daar geen pad daarheen bestond, maar wel verder de rivier af.
Pada tanggal 16 Agustus 1858 saya masuk ke Kampung Tandjong yang terletak di XII Kota, sebuah wilayah independen yang berbatasan dengan negara-negara di bawah wilayah Belanda, tebing Batang Kampar runtuh di sekitar Kampong Tjandi, di mana saya diberitahu bahwa selama satu jam dari sana reruntuhan susunan batu dapat dilihat, diperkirakan susunan batu dibuat oleh orang Inggris, tapi tidak ada jalan setapak dari sana, dan agak jauh ke sungai.
Catatan :
Dilihat dari peta zaman sekarang, Kampung Tanjung atau Desa Tanjung berada di Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, tidak jauh dari Kecamatan XIII Koto Kampar. Agar penamaan di catatan ini sesuai, harap mempelajari pemekaran wilayah di Kabupaten Kampar.
2200 ned. el lager kwam ik op den regteroever der rivier aan de kampong Alahan-tiga (op de kaart van het Gouvernement Sumatra's Westkust door L. W. Beijerinck "Alahan tiko") waar de toewankoe Datoe di balei woont, die destijds afwezend was naar Rokan beoosten Rau.
2200 ned el. Saya turun ke tepi kanan sungai di kampung Alahan-tiga (di peta pantai barat Pemerintah Sumatera oleh L. W. Beijerinck disebut "Alahan tiko") tempat tinggal Datoe di balei (Datu Dubalai-red) yang setia, yang pada saat itu tidak hadir dari Rokan arah timur daerah Rao.
Catatan :
Kami (riauMagz) tidak dapat menerjemahkan atau memberi pengertian atas teks "2200 ned.el".
Mengingat waktu perjalanan De Groot dan penyebutan kata "Rao", maka kami lebih percaya bahwa penyebutan Alahan-tiga ini berada sekarang di hulu sungai Kampar, Kecamatan XIII Koto Kampar, bukan Alahan-tiga yang berada di Hiliran Gumanti Solok, Sumatera Barat.
In Alahan-tiga werden mij zoodanige inlichtingen omtrent de zoogenaamde vestiging Tjandi gegeven, dat ik het voor een overblijfsel uit den Hindoe-tijd hield; men noemde het hier Kota Tjandi, en gaf op dat het 3 sumatra-palen verwijderd lag.
Di Alahan-tiga saya diberi informasi tentang apa yang disebut pemukiman Tjandi, bahwa saya mengetahuinya sebagai sisa-sisa masa Hindu; mereka menyebutnya di Kota Tjandi, dan menyatakan bahwa itu adalah tumpukan Sumatra yang hilang.
Dewijl het nog geen middag was en wij reeds de helft onzer dagreis hadden volbragt, zoo besloot ik Kota Tjiandi te gaan Zien, en ging dadelijk op weg. Het voetpad daarheen liep op korten afstand van de rivier eu door opmeting verkreeg ik voor den afstand, van Alahan-tiga daarheen, 1470 ned. el.
Karena belum sore dan kami sudah menyelesaikan setengah hari dari perjalanan kami, saya memutuskan untuk melihat Kota Tjiandi, dan langsung pergi. Jalan setapak di sana tidak jauh dari sungai dan melalui pengukuran yang saya dapatkan dari kejauhan, dari Alahan-tiga di sana, 1470 ned. el.
Catatan :
Kami (riauMagz) tidak dapat menerjemahkan atau memberi pengertian atas teks "1470 ned. el"
Daar vindt men links van het voetpad, in een bamboe-doeri bosch, de bouwvallen waarvan hier sprake is en welke mij dadelijk de overtuiging gaven, dat het geene overblijfsels ecner engelsche vestiging waren.
Di sana, di sebelah kiri jalan setapak, di hutan bambu-doeri, orang bisa menemukan reruntuhan batu dan segera memberi saya keyakinan bahwa susunan batu itu bukanlah sisa-sisa pendirian Inggris.
De Groot awalnya berpikiran bahwa reruntuhan batu tersebut buatan Inggris.
Het grafteeken in fig. 1 en 2 der teekening voorgesteld is het best bewaard gebleven en staat te midden der ruine. Het is bijna geheel opgetrokken van roode gebakken steenen, welke vlak zijn geschuurd en tot welker verbinding geene kalk is gebruikt; zij zijn koud op elkander gestapeld; alleen de band a is van licht grijsgeel gekleurden zandsteen vervaardigd. Aan de westzijde is het voorzien geweest van een trap, om mede op het sousbassement te komen.
Tanda yang digambarkan pada gambar 1 dan 2 gambar sisa-sisa yang tersimpan dan berada di tengah kehancuran. Hampir seluruhnya terbuat dari batu panggang merah (batu bata - red), yang telah diampelas rata dan tidak ada sambungan batu kapur (semen-red) yang digunakan; Mereka disusun bertumpuk begitu saja satu sama lain; hanya terdapat sambungan yang terbuat dari batu pasir berwarna abu-abu terang. Di sisi barat telah disediakan sebuah tangga, untuk sampai ke atas landasan batu.
Catatan :
Gambar 1 dan 2 tidak muncul ketika didigitalisasi oleh Google.
Zoo ver het met bamboe-doeri digt begroeide terrein toeliet zulks na te gaan, waren er de overblijfaelcn aanwezig van vier andere grafteekens, welke blijkbaar tot bewaring van lijken hebben gediend. Deze schijnen den uiterlijken vorm gehad te hebben van Het sousbassement der in de teekening voorgestelde kolom, doch vierkant, zonder trap. Daarentegen is het lijstwerk van deze vier met beeldhouwwerk versierd geweest, waarraan de overblijfselen nog bestaan, toch te onduidelijk om er eene teekening van te maken. In die vier grafteekens, waaraan uitwendig veel zandsteen is gebruikt, is aan de oostzijde eene poort aangebragt; vermoedelijk gediend hebbende tot inbrenging der lijken; hunne hoogte is even als die van het sousbassement der kolom, 6 engelsche voeten.
Sejauh wilayah yang diliputi oleh tanah yang sekitar hutan bambu diizinkan untuk diverifikasi (diperiksa-red), ada sisa-sisa empat tanda lainnya, yang tampaknya berfungsi untuk memagar reruntuhan batu. Ini tampaknya memiliki tampilan seperti kolom landasan batu yang dibuat dalam gambar, bentuk persegi, tanpa tangga. Di sisi lain, cetakan keempat ini telah dihias dengan pahatan, dimana reruntuhan batu masih ada, namun belum jelas untuk membuat gambarnya.
Dalam keempat grafik tersebut, di mana banyak batu pasir telah digunakan dibagian luar sebagai pagar, sebuah gerbang telah disediakan di sisi timur; mungkin sebagai jalan masuk ke reruntuhan batu; memiliki ketinggian yang sama dengan kolom landasan batu, enam kaki Inggris.
Catatan :
tinggi sekitar 6x30cm=180cm dimana batu pagar ini telah berkurang ketinggiannya karena diambil pihak lain ketika diteliti oleh Dr. Bennet Bronson di tahun 1973.
Ik heb de teekening in engelsche voetmaat uitgedrukt, omdat het lijstwerk zich daarmede gemakkelijker liet opmeten danmet de nederlandsche maat.
Saya telah menyatakan gambar itu dalam sistem pengukuran kaki Inggris, karena kerangka kerja akan lebih mudah diukur daripada menggunakan sistem ukuran Belanda.
Het lijstwerk van het sousbassement in zijn geheel, voorgesteld in fig, 3, doet duidelijk zien dat het niet van europesche zamensfelling is; zulks blijkt ook uit sommige der deelen welke vreemd zijn aan alle lijstwerk dat in Europa wordt gebezigd.
Hasil pekerjaan kerangka dari landasan batu tersebut secara keseluruhan, disajikan dalam gambar 3, jelas menunjukkan bahwa itu bukan penampilan buatan eropa; Hal ini juga terlihat dari beberapa bagian yang asing bagi semua kerangka kerja yang digunakan di Eropa. (De Groot awalnya berpikiran reruntuhan batu tersebut adalah buatan Inggris. Lihat paragraf-paragraf diatas - red).
Voorbedachtelijk is door mij vermeld, dat de aan Kota Tjandi gebruikte roode steenen gebakken waren, dewijl ik meermalen omtrent deze en soortgelijke oude kuststeenen de gedachte hoorde uiten, dat ze slechts gedroogd zouden zijn.
Telah saya sebutkan sebelumnya bahwa batu merah yang digunakan di Kota Tjandi dibuat dengan cara dipanggang, karena saya pernah mendengar beberapa kali tentang batu karang tua dan batu-batu tua serupa yang dibuat dengan hanya dikeringkan.
Op de bovengehaalde kaart van Beijerinck is Kota Tjandi aangegeven als Oud fort. Deze vergissing is niet oorspronkelijk van Beijerinck; hij heeft haar gemaakt op inlichting van den luitenant de Baas vroeger civiel gezaghebber van Poea-datar, die met hem te Alahan-tiga is geweest en Kota Tjandi vroeger had bezocht, het voor een oud engelsch fort aanziende, hetgeen hij ook heeft medegedeeld aan de inlanders, die er mij daarom in de kampong Tjandi als zoodanig over spraken. Beijerinck heeft de ruine zelf niet gezien.
Pada peta yang dibuat oleh Beijerinck tentang Kota Tjandi di atas (gambar tidak dimunculkan oleh Google - red) ditunjukkan sebagai Benteng Lama. Kesalahan ini bukan berasal dari Beijerinck; dia memberitahukannya kepada Letnan de Baas yang sebelumnya adalah penguasa sipil wilayah Poea-datar, yang pernah bersamanya di Alahan-tiga dan pernah mengunjungi Kota Tjandi di masa lalu, melihat sebuah benteng Inggris kuno (menurut pemikiran mereka saat itu - red), yang juga dia komunikasikan kepada penduduk asli, yang karenanya berbicara kepadaku tentang hal itu di kampung Tjandi. Beijerinck sendiri belum melihat reruntuhannya tersebut.
Catatan :
RiauMagz tidak menemukan hubungan "van Beijerinck" yang disebutkan Corn. de Groot dalam tulisan ini. Beijerinck mungkin adalah G.J.A Beijerinck seorang peneliti Belanda.
Tentang Poea-Datar yang berhubungan dengan Paja Combo (Payakumbuh-red) dan Seliki (Suliki-red) dapat dibaca di halaman 22-23 pada buku Een Woord Over Sumatra, In Brieven Verzameld bagian pertama tentang Benkoelen (Bengkulu-red) yang ditulis oleh A. Pruys van der Hoeven.
Poea Datar dapat dimaksud sebagai Sungai Puar di Tanah Datar tidak jauh dari Bukittinggi. Wilayah-wilayah ini merupakan jalan masuk ekspedisi awal Belanda ke Muara Takus mulai dari Padang - Bukittinggi - Payakumbuh yang Belanda sebut wilayah Westkust (Pantai Barat) Pulau Sumatra karena berada disisi barat pulau tersebut. Penyebutan Westkust juga termasuk Benkoelen (Bengkulu).
Of deze mededeeling en teekening voor de kennis der oudheid eenige waarde hebben kan ik niet beoordeelen. Ik lever ze voor hetgeen ze zijn, zonder mij eenige gevolgtrekking te ver-oorlooven, vermeeneude dat het doen kennen van het bestaan van deze bouwvallen, in dit afgelegen oord, der moeite waardig kan zijn.
Saya tidak membuat penilaian apapun atas yang disampaikan dan gambar tersebut memiliki nilai untuk pengetahuan kuno. Saya memberikan keterangan untuk apa adanya, tanpa mengambil kesimpulan apapun, semoga pengetahuan tentang keberadaan reruntuhan ini, di tempat terpencil ini, bisa bermanfaat.
"KOTA TJANDI (SUMATRA'S WESTKUST)" Digitized by Google
Jurnal de Groot ini telah didigitalisasi oleh Google dari sebuah majalah/jurnal ilmiah yang lengkapnya dapat dilihat di :
https://archive.org/stream/tijdschriftvoor39unkngoog#page/n6/mode/2up
[RiauMagz | Wisata Riau | Sejarah Riau | Sejarah Kampar | Sejarah Muara Takus]