Conceptual Art khoth Jawi Aḷlāh Muhammad
RiauMagz.com - Variabel Pameran Conceptual art khoth Jawi Aḷlāh Muhammad terdiri atas lima kata kunci; 1) konsep (concept) atau konseptual (conceptual), 2) art (seni), 3) khoth (kaligrafi), 4) Jawi (Melayu), 5) Aḷlāh dan Muhammad (kalimah musyahadah).
Konsep (concept)
Setidaknya kita mulakan pembahasan conceptual art ini menggunakan takrif pada diksi kata konsep (concept) dan seni (art). Diskusi mengenai konsep dalam Meriam Webster adalah;
con•cept | \’kän-sept\ | IDEA, CONCEPT, CONCEPTION, THOUGHT, NOTION, IMPRESSION mean what exist in the mind as a representation (as of something comprehended) or as a formulation (as of a plan). IDEA may apply to a mental image or formulation of something seen or known or imagined, to a pure abstraction, or to something assumed or veguely sensed.
CONCEPT may apply to the idea formed by consideration of instances of a species or genus or, more broadly, to any idea of what a thing ought to be. ‹a society with no concept of private property›
CONCEPTION is often interchangeable with CONCEPT; it may stress the process of imagining or formulating rather than the result. ‹•our changing conception of what constitutes art› THOUGHT is likely to suggest the result of reflecting, reasoning, or meditating rather than of imagining. ‹•commit your thought to paper› NOTION suggest an idea not much resolved by analysis or reflection and may suggest the capricious or accidental. ‹•you have the oddest notions› IMPRESSION applies to an idea or notion resulting immediately from some stimulation of the sense. ‹•the firts impression is of soaring height›
Defenisi konsep menurut Merriam Webster;
concept (adjective); 1)organised around a main idea or theme • a concept album, 2)created to illustrate a concept •a concept car. Created to show an ideaConcept (noun); an idea of what something is or how it works.
Konseptual dalam Merriam Webster;
conceptual: adjective | con•cep•tu•al | \ kan-’sep-chǝ-wal, -chü-ǝl, kän-, -chal, -shwǝl\: of, relating to, or consisting of concepts • conceptual thinking • the project’s conceptual and technical hurdles • conceptual designs.
Secara umum makna konsep atau konseptual adalah wujud mentalitas berbentuk kemampuan fundamental (an ideas in general) dalam rentang proses berfikir. Konsep berperan soal kemampuan berfikir kognisi. Kognisi bekerja melalui struktur logis meskipun kognisi mampu melampaui realita. Dan kesimpulannya adalah; setiap ide gagasan yang lahir dari fungsi kerja otak menuntut logika dan dalam kenyataannya logis itu bercirikan sesuatu yang harus dapat dilihat atau diabstraksikan dalam realita.
Conceptual art adalah isme dalam seni rupa yang menekankan pada; “ide sebagai azas gagasan penciptaan karya seni”.
In conceptual art the idea or concept is the most important aspect of the work. When the artist uses a conceptual form of art, it means that all of the planning and decissions are made beforehand and the execution is a perfunctory affair. The idea becomes a machine that makes the art (Sol LeWitt, Paragraphs on Conceptual art , Artforum, June 1967).
Sol LeWitt menyatakan bahwa pendekatan conceptual art adalah rencana dan keputusan yang dibuat sebelum berkarya, artinya; konsep yang terukur, terstruktur dan logis menjadi aspek sebelum karya dieksekusi, namun ketika eksekusi terjadi pola arbitrer (berselingkuh sesuka hati) dan mengabaikan konsep yang direncanakan. Ini adalah masalah besar dalam konseptual art.
Akal adalah sumber kesadaran (conciousness) yang mempertimbangkan aspek logis. Logika berfikir perlu struktur yang jelas agar maksud dan tujuan conceptual art tercapai. Apabila melangkahi aspek logika tersebut dikhawatirkan karya akan menyimpang dari arah konsep awal atau menjadi ambigu dengan rencana sebelumnya. Berakibat terciptanya karya yang terombang ambing dalam ruang konsep tak menentu pada akhirnya. Tentu saja seniman semakin tidak dapat berdiri logika berfikir konseptual awalnya dan beresiko menelantarkan konsep serta karya seni yang dibuat. Patutlah dalam banyak eksibishi conceptual art tidak terbuka terhadap konsep awal dan representasi karyanya. Seniman seperti ini lebih senang dan nyaman mempertanggungjawabkan konsep karya melalui pertanggungjawaban lisan. Pertanyaannya; apakah kelisanan dapat berdiri sekukuh keberaksaraan?
Marcel Duchamp (Prancis, w. 1968) berusaha menyiapkan azas petunjuk dan menyediakan contoh-contoh karya bagi para seniman seni konseptual. Duchamp juga menyertakan teks keterangan pada karyanya. Namun cara Duchamp tidak diteruskan lebih lanjut oleh seniman berikutnya.
Lahirnya conceptual art di Barat dipicu sebab kejenuhan tradisi berkesenian masa itu dan sebelumnya. Sebagian orang berusaha untuk segera keluar dari sikap dan tindakan yang dianggap usang dan tidak berkembang dalam berkesenian. Conceptual art dikukuhkan sebagai metode baru dalam penciptaan karya seni yang dioposisikan dengan metode pendekatan lama. Ragam kritik dan pendapat bermunculan disebabkan seniman lebih dikenal mengacu pada sense dan rasa dibanding logika. Conceptual art berani mengambil pilihan masuk ke wilayah logika ilmiah namun tidak berhasil sepenuhnya menerapkan azas berfikir logis dan ilmiah itu.
Ambigunya istilah conceptual art lahir sebab sikap tindakan senimannya yang abu-abu dan tidak setia pada azas berfikir terstruktur, terkonsep, dan bertanggungjawab secara logika pada karyanya. Setelah memilih menyunting si gadis konseptual yang dia anggap seksi tapi masih suka pulang balik hari kepada perilaku seni murninya yang lama. Alhasil ada yang sambil melenggang menyebut seni kontemporer dan instalasi masuk dalam bilangan conceptual art.
Kelahiran anak-anak isme dalam pemikiran dan wacana manusia modern tidak lebih hanya soal ego akademik supaya pencapain pemikirannya dianggap baru atau lain dan unik berbeda dari sebelumnya. Apakah masih ada yang benar-benar baru dan terputus dari kait kelindan masa lalu dalam kebudayaan?
Isu conceptual art muncul di tahun 1960-an sebagai bagian dari usaha untuk keluar dari formalisme dalam seni. Ketika kaum conceptual art memproklamirkan dirinya bukan bagian dari penganut seni formal tanpa disadari bahwa mereka akhirnya terjebak dalam fenomena yang akhirnya menjadi bagian formalisme gaya baru. Conceptual art akhirnya berhasil berdiri untuk diakui dan disebut seni yang menjadi penanda formalisme seni dalam bentuk lain di samping tradisi seni yang mereka tolak sebelumnya. Tiada bedanya sama sekali. Meskipun Peter Osborne (l. 1958) menyatakan bahwa seni kontemporer terposisi setelah seni konseptual (post konseptual). Perdebatan dan discourse keilmuan seperti ini saya anggap hanya setakat berebut tempat dalam warna wacana yang senyatanya tidak harmonis semisal pendampingan hijau dengan merah.
Demikianlah yang terjadi apabila ide gagasan seni ditunggangi fikiran-filsafat masyarakat urban kontemporer yang menekankan tujuan-tujuan untuk menciptakan sesuatu yang lain, unik, atau berbeda semata-mata. Artinya hanya soal penciptaan visual tanpa perlu memikirkan fungsi perubahan sosial dan manfaat bagi publik secara nyata. Conceptual art hanya sekadar mainan seniman yang berfilsafat di atas bola menggelinding dan bebas digulirkan ke arah yang disukai. Akibatnya pelaku seni rupa dan audience penikmat karya seni di wilayah Timur menjadi korban fikiran filsafat barat yang kering itu. Lahirlah seniman konseptual yang tidak menghargai tujuan ide gagasan demi maslahat dan faedah. Melainkan hanya menumpukan perhatian pada soal penciptaan karya seni yang tidak perlu dipertanggungjawabkan melalui fakta tertulis. Bahkan menganggap ide-ide unik yang mereka aplikasikan itu mengalir natural begitu saja tanpa harus dipertanggungjawabkan lagi secara faktual (tertulis). Merasa cukup hanya menghalohalokan ide primordial dalam dirinya untuk diterjemahkan menjadi karya seni konseptual, sedangkan proses berfikir (munculnya ide gagasan) tidak perlu seorang pun tahu. Apakah cara ini layak bagi manusia atau insan yang menghormati fungsi akal? apakah cara-cara seni konseptual seperti ini telah memenuhi syarat sebagai orang yang bertanggungjawab pada orang lain terhadap ide gagasan akalnya? Benarkah demikian konsep pendekatan seniman yang mengagungkan akal?
Membiarkan penikmat seni kebingungan memaknai aspek penciptaan dan tujuan karya seni konseptualnya berpeluang menciptakan panggung anekdotik antara seniman dan seluruh audiens. Porsi pilihan nirfakta (tanpa pertanggungjawaban tertulis) pada karya seni konseptual akan mudah dipakai oleh seniman sebagai senjata untuk berlepas diri dari tanggungjawab menjelaskan asal usul konsep dan tujuan-tujuannya. Padahal publik berhak mengetahui hulu hilir informasi atas karya konseptual art.
Seniman bersuka ria membolak balik atau membantah pernyataan lisan di hadapan publik sebab ketiadaan teks rujukan sebagai bukti proses konsep ide gagasannya. Kehadiran conceptual art seperti ini mungkin tidak menjadi persoalan di Barat namun menambah gundah gaulana alam seni berkesenian di Indonesia.
Manusia diberi akal dan selalu diminta pertanggungjawaban. Ini aspek utama eksistensi akal pada manusia. Setiap manusia berakal biasanya mampu menemukan ide-ide secara natural (alamiah) maupun sebab usaha kerasnya memutar mesin akal miliknya itu. Artinya, ide lazim terlahir begitu saja, namun di sisi lain ada ide gagasan dihadirkan sebab upaya dan usaha. Kelemahan ide gagasan yang muncul tanpa upaya-upaya kerja keras terstruktur cendrung melahirkan ide gagasan liar dan melawan ide gagasan lain.
Seniman konseptual harusnya menyadari bahwa tidak ada ide yang muncul begitu saja tanpa impuls dari subjek dan objek di lingkungannya. Proses munculnya ide selalu terjadi sebab dukungan teks dan interteks kebudayaan. Seniman memperoleh ide dari latar belakang hidupnya, pengalaman, dan pendidikan yang pernah ditempuh atau atas saransaran orang lain. Dalam rentang masa persiapan menuju penciptaan karya seni rupa maka peran waktu berikut insiden dan impuls dari lingkungan tidak hanya memberi warna pada karya, melainkan ianya mengukuhkan struktur ide gagasan tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa conceptual art bukan berbasis ide murni primordial tanpa melibatkan peran subjek dan objek di luar dirinya. Maka seniman yang memilih berkarya menggunakan pendekatan conceptual art juga harus sadar efek kehadiran karyanya di tengah publik. Seniman yang mengabaikan aspek kesadaran lingkungan berarti menafikan batas hukum formal sosial kultural bahkan menafikan fakta religi. Berbeda dengan conceptual art yang menemukan ide gagasan berbasiskan upaya-upaya yang terukur, terstruktur dan terkendali penuh pertimbangan sejak awal memulai kerja penciptaan karya. Perbedaan outputnya jelas, yakni; ide gagasan tanpa timbangan dan ukuran cendrung melahirkan karya yang menimbulkan problem dalam fikiranfikiran publik. Bahkan publik cendrung akan menilai karya seni seperti itu membingungkan sebab mereka tidak diberi asupan penjelasan. Sedangkan conceptual art berbasis ide gagasan yang dilahirkan dari proses upaya menggunakan timbangan dan kendali akan berusaha mencapai tujuan problem solving pada setiap karya yang direpresentasikan. Perbedaan ini terlihat jelas dalam perbandingan konsep pendekatan metode si gagu (black-box), si seksi (glass-box), dan si cerdas (open-box). Seniman conceptual art layak hadir sebagai si seksi yang cerdas itu.
Kesediaan menuliskan konsep gagasan
Konsep gagasan yang lahir dari buah akal fikiran seharusnya dapat ditulis dalam keberaksaraan. Lain halnya dengan aspek rasa perasaan yang tidak semuanya dapat dipaparkan atau disampaikan dalam fakta tertulis. Seniman conceptual art layak menyadari tugasnya untuk menjelaskan proses imajinasi dan proses formulasi visual karyanya. Jika hanya memamerkan karya conceptual art tanpa pertanggungjawaban logis maka tiada beda ianya dengan seniman pra konseptual art.
Pertanggungjawaban logis
Ide gagasan yang diusung seniman conceptual art harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Kurang layak bagi seorang seniman konseptual mengaku (lisan) kedatangan anugerah ide gagasan penciptaan karya namun merasa tidak perlu menjelaskan porsi pikiran-pikirannya ke dalam fakta tertulis. Ide gagasan yang baik selalu berasal dari kognitif qualitatif. Akselerasi ide gagasan conceptual art yang baik sudah seharusnya patut pantas diiringi akses paparan dalam fakta keberaksaraan.
Peduli lingkungan dan sosio kultural
Seorang seniman conceptual art sepatutnya sadar pada lingkungan dan sosio kultural dimana dia berada atau tempat memamerkan karyanya. Berbicara soal lingkungan sosio kultural maka akan bersentuhan langsung dengan hukum-hukum komunal di situ. Saran ide gagasan yang muncul pada seniman conceptual art yang pandai menyikapi lingkungan sosio kultural biasanya akan memberi faedah pada soal kemanusiaan. Seniman yang difahami oleh bangsa Timur adalah sosok insan yang senantiasa mengedepankan maslahat dan faedah bagi banyak orang melalui karya-karyanya dan bukan melahirkan problem serta masalahmasalah baru. Aspek tujuan untuk problem solving atau problem reduction hendaknya menjadi aras ide gagasan seniman Timur yang beraktifitas dan menghirup udara filsafat Timur, bukan menghela sungsang konsep gagasan filsafat yang berlawanan dengan bau tanah dan rumput di bumi Timur ini. Fungsi seniman sebagai insan comel (kamil) bermarwah dan bermartabat adalah arah tujuan yang dikehendaki. Apa guna diakui sambil membanggakan diri sebagai seniman angkuh menolak lingkungan dan sosio kultural masyarakatnya sendiri? apakah seniman bangga mengenakan busana yang tidak dibuat sesuai dengan postur tubuhnya dan menghuru hara dengan kelibat busana dari negeri antah berantah? Wallahu a’lam bishowab.
ISI IFRAME YOUTUBE
RiauMagz, Wisata Riau