Situs Cagar Budaya Komplek Makam Marhum Pekan
SITUS CAGAR BUDAYA KOMPLEK MAKAM MARHUM PEKAN
Disusun oleh DADANG IRHAM 20 maret 2020
BAGIAN 1
Sejarah dikatakan orang adalah sesuatu yang “diingat“, “ditemukan“, bahkan tak jarang ia “diciptakan“. Sejarah yang diciptakan adalah mitos peneguh demi keutuhan sebuah ideologi, sementara sejarah yang diingat adalah bagian dari sebuah kesadaran sejarah itu sendiri, dan sejarah yang di temukan adalah sejarah yang berupa pengetahuan yang bisa menjadi bagian dari kesadaran sejarah bahkan yang berupa mitos sekali pun. Sebagai bagian dari kesadaran, maka sejarah yang “diingat“ dapat berupa rasionalisasi dan pembenaran, kadang-kadang berupa landasan dan tingkah laku. Kesadaran ini akan semakin kuat jika ingatan-ingatan historis ini selalu dipupuk, baik dengan lisan, tulisan maupun dengan merawat peninggalan-peninggalan yang ada, seperti bangunan sejarah, istana, masjid, tugu, makam, manuskrip dan entah apa lagi namanya. Ingatan-ingatan ini akan lebih berfungsi jika masyarakat/komunitas sejarah menghadapi ujian yang bisa menggugah identitas kesejarahan sehingga “ingatan” ini akan menjadi validitas ingatan-ingatan historis jika seandainya ia merasa terancam.
Sebagai sebuah bangsa yang telah menempuh perjalanan waktu yang sangat panjang dan jauh, namun juga di satu sisi lain harus tetap berjalan beriringan dengan aliran waktu, tentulah memerlukan suatu kearifan dalam berpikir dan menyiasati pertumbuhan serta perkembangan sebuah zaman tanpa harus menafikan akan sebuah kesejarahan yang pernah berlaku di masa lampau, karena masa lampau merupakan tali teraju yang banyak sekali menyimpan warisan ketamadunan dan sejarah, yang terbungkus begitu indah dalam sebuah bingkai pigura besar yang sering kali kita sebut dengan nama KEBUDAYAAN. Sedangkan kebudayaan itu sendiri terbentuk serta dikembangkan dan dimasak melalui sebuah proses yang sangat panjang yang disebut dengan nama SEJARAH sebab tanpa sejarah maka kebudayaan hanya akan berjalan di tempat atau statis.
Patut jugalah kiranya untuk kita ketahui bersama bahwa lintasan sejarah dan peristiwa pada sebuah kota yang bernama PEKANBARU ini tak terlepas dari peranan para pendiri kota ini, dalam hal ini adalah para Sultan dari kerajaaan SIAK SRI INDRAPURA terutama sekali peran Sultan Siak yang ke-empat dan ke-lima yang telah memindahkan serta mengembangkan pusat pemerintahan kerajaan SIAK dari MEMPURA ke SENAPELAN serta membangun sebuah pasar yang menjadi pusat perdagangan yang ramai sehingga berkembang pesat sampai saat ini yang di kenal dengan nama PEKANBARU.
Perpindahan pusat pemerintahan ini telah mampu mengukir dan mengantarkannya dalam sebuah rumah kebudayaan dan dalam sebuah kilas sejarah melayu pada umumnya serta sejarah PEKANBARU pada khususnya, sehingga gelagarnya mampu untuk melahirkan sebuah kearifan sejarah dan budaya lokal yang dirajut dengan citarasa perisa melayu dalam sulaman masa lalu yang dibingkai dalam sebuah selasar yang bernama TAMADUN MELAYU.
Selaksa peristiwa yang terjadi dan bergulir dalam perjalanan panjang Kota Pekanbaru, dalam perjalanannya sampai pada suatu titik dimana ia seolah-olah kehilangan jati dirinya yang tergerus oleh waktu dan kemajuan zaman yang mengakibatkan citra diri yang unik dari kesejarahan Kota Pekanbaru seakan melebar tak tentu arah bahkan cawan-cawan kejayaan masa silamnya yang telah mengukir sejarah panjang dari kota ini, dan seakan tenggelam dalam bayang-bayang modernisasi.
Namun begitu masih banyak situs situs peninggalan sejarah masa lalu di Kota Pekanbaru yang masih tersimpan dan meminta untuk diungkap dan digali oleh kita sebagai generasi masa kini. Salah satunya masih banyak terdapat di tanah Kampung Bandar Senapelan. Walaupun banyak situs-situs peninggalan tersebut seolah rapuh termakan oleh rayap-rayap kemajuan zaman padahal kesejarahan yang dimilikinya mampu melahirkan dan menjadikannya simpul teraju bagi kita untuk kembali merajut kembali jembatan masa silam, sekarang dan yang akan datang. Di bumi Senapelan inilah pada umumnya dan Kampung Bandar pada khususnya masih banyak ditemukan keberkahan sejarah yang telah diwariskan oleh para pendahulu kita, dan kemudian menjadi kristal dalam sendi-sendi kemelayuan Pekanbaru yang merupakan akar rumput sejarah akan berdirinya sebuah kota yang bernama PEKANBARU.
Sebuah kota yang tak mempunyai tapak sejarah tentang asal dan usul pendiriannya dan tapak tapak peninggalan sejarahnya bagi sebagian orang, dianggap sebagai sebuah kota yang SAKIT, sakit dalam sebuah arti sejarah dan kebudayaan bagi jati diri kota itu sendiri dan kebanggaan para penduduk yang menghuni kota tersebut. Pekanbaru sebagai sebuah kota modern yang sedang menuju pada sebuah kota metropolitan walau banyak peninggalan masa lalunya, tetapi banyak yang sudah tergerus oleh kemajuan sebuah zaman, akan tetapi masih menyisipkana serta masih menyimpan sedikit tapak awal pendirian kota ini sendiri. Sebagian peninggalan itu berupa makam pendiri kota Pekanbaru yang pada saat ini kita kenal dengan nama KOMPLEK MAKAM MARHUM PEKAN. Komplek makam yang terletak di Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan sebagai kawasan tapak awal mula berdirinya Kota Pekanbaru.
Selain komplek Makam Marhum Pekan ada banyak lagi situs-situs serta benda-benda berupa bangunan yang diduga sebagai Cagar Budaya Kota Pekanbaru diantaranya :
- Rumah Tuan Khadi yang menjadi tempat Persinggahan Sultan Siak bila berada di Kota Pekanbaru,
- Tugu Titik Nol Kota Pekanbaru yang menandakan awal dihitungnya jarak Kota Pekanbaru dengan daerah lainnya,
- Masjid Raya yang merupakan Masjid Tertua di Kota Pekanbaru,
- Bekas Terminal pertama di Pekanbaru,
- Pompa Bensin pertama di Kota Pekanbaru,
- Surau Irhaas yang pernah menjadi tempat berkumpulnya pejuang Fisabilillah semasa Agresi Belanda,
- Tapak Masjid Lama di dalam Komplek Makam Marhum Pekan,
- Makam Datuk Syahbandar Abdul Jalil yang merupakan Datuk Syahbandar Kota Pekanbaru yang terakhir sebelum dibentuknya Districh Hoof Pekanbaru,
- Makam Datuk Muhammad Saleh yang merupakan Datuk Tanah Datar dari Kerajaan Siak Sri Indrapura yang wafat sekitar tahun 1932,
- Rumah Tuan Khadi Zakaria yang dibangun dengan gaya Ghotik tahun 1929,
- Sumur Tua Masjid Raya Pekanbaru,
- Gerbang Masjid Raya,
- Mimbar Tua hadiah Sultan Hasyim yang terdapat di dalam Masjid Raya
- dan banyak lagi Benda Cagar Budaya yang terdapat di Kampung Bandar ini yaitu sekitar 42 buah yang telah terdata. Tetapi diantara 42 benda Cagar Budaya itu ada sekitar 18 yang dalam proses ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai Cagar Budaya Pekanbaru.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bahwa Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan prilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan perkembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Benda Cagar Budaya ini dapat berupa benda alam atau buatan manusia yang dimanfaatkan oleh manusia yang dapat dihubungkan dengan sejarah dan kegiatan kemanusiaan. Benda Cagar Budaya ini dapat pula berbentuk Benda Cagar Budaya Bergerak dan Benda Cagar Budaya Tak Bergerak baik merupakan satu kesatuan atau berkelompok. Sehingga Benda Cagar budaya ini perlu dikelola dan dilestarikan keberadaannya secara tetap melalui upaya perlindungan, pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional. Diantara sekian banyak dan beragam situs serta benda cagar budaya yang dimiliki oleh Kota Pekanbaru, salah satu diantaranya adalah Komplek Makam Marhum Pekan yang merupakan Komplek Pemakaman Keluarga Diraja Kerajaan Siak Sri Indrapura yang pernah bertahta di Senapelan. Sebagai sebuah pusat pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura, komplek pemakaman ini juga dikenal masyarakat sebagai Komplek Pemakaman Pendiri Kota Pekanbaru.
Komplek Makam Marhum Pekan ini terletak di Kecamatan Senapelan, Kelurahan Kampung Bandar yang merupakan kampung cikal bakal berdirinya Kota Pekanbaru saat ini. Dahulu masyarakat sekitar menamakan komplek makam ini dengan nama Kuburan Raja atau Kuburan Masjid Raya karena adanya Masjid Raya yang terletak di samping kiri komplek makam ini, yang juga merupakan sebuah masjid yang tertua di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan catatan milik Tengku Djang Said Muhammad bertarikh sekitar tahun 1929, komplek makam ini dahulunya lebih dikenal dengan nama BUKIT PEKUBURAN. Dalam komplek makam yang mempunyai luas sekitar 1800 M2 ini banyak menyimpan berbagai benda cagar budaya antara lain :
- Tapak Mighrab Masjid lama
- Makam Datuk Syahbandar Abdul Jalil sebagai Syahbandar terakhir di negeri bernama Pekanbaru
- Makam Datuk Tanah Datar Siak Sri Indrapura
- Makam Khatib Muhammad Sulung Khatib jajahan negeri Pekanbaru
- Makam Sultan Siak IV Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah
- Makam Sultan Siak V Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazam Syah
- Makam Syaid Syarif Usman Syahabuddin
- Makam Sultanah Khadijah / Daeng Tijah / Tengku Puan binti Daeng Perani
- Makam Tengku Embung Badariah binti Tengku Alam
- Makam Syaid Zen Al Jufri alias Tengku Pangeran Kesuma Dilaga.
Disini kita coba untuk menerangkan tentang cagar budaya yang terdapat dalam komplek makam ini sebagai ingatan buat generasi muda Pekanbaru pada khususnya dan generasi muda Melayu pada umumnya sebagai bakti dan bukti cinta kita akan peninggalan-peninggalan bersejarah nenek moyang kita terdahulu.
Selain Keenam Makam Keluarga Diraja Kerajaan Siak yang terdapat didalam bangunan utama di dalam Komplek Makam Marhum Pekan ini ada juga bebarapa situs bersejarah yang terdapat di dalam komplek makam ini,situs situs yang juga menpunyai nilai sejarah yang cukup tinggi dan penting serta berkaitan erat dalam perkembangan Kota Pekanbaru yang mungkin saja luput dari perhatian pemerintah dan peminat sejarah Kota Pekanbaru.
Catatan :
Bersambung ke bagian tulisan lainnya yaitu mengenai 6 (enam) makam utama dalam Komplek Makam Marhum Pekan tersebut dirinci dalam tulisan berikut ini :
- Makam Sultan Siak IV Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah
- Makam Sultan Siak V Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazam Syah
- Makam Syaid Syarif Usman Syahabuddin
- Makam Sultanah Khadijah / Daeng Tijah / Tengku Puan binti Daeng Perani
- Makam Tengku Embung Badariah binti Tengku Alam
- Makam Syaid Zen Al Jufri alias Tengku Pangeran Kesuma Dilaga
Riaumagz, Sejarah Riau, Sejarah Siak, Sejarah Pekanbaru.