Cara Memukul Kompang Melayu, Sejarah, Jenis dan Fungsinya
RiauMagz.com - Kompang adalah suatu jenis musik melayu yang menggunakan alat tabuh bernama kompang. Kompang merupakan jenis musik sekaligus nama alat musik. Alat musik kompang terbuat dari dua bagian yakni bagian muka yang dibalut oleh kulit. Kulit yang digunakan biasanya kulit kambing betina, tetapi saat ini banyak juga digunakan jenis kulit kerbau atau getah sintetis. Bagian kedua adalah bagian badan dari kompang. Bagian ini memerlukan penegang yang terbuat dari rotan, bagian ini disebut sedak. Bagian ini cukup menentukan apakah suara kompang akan terdengar merdu atau tidak.
Tulisan ini dikembangkan dari Hendra Burhan sebagai narasumber pada video channel Sanggar Tengkah Zapin.
Sumber bunyi kompang diperoleh dengan menepuk atau memukulnya. Hasil tepukan tersebut tidak selalu sama, terkadang besar terkadang kecil. Kadang keras dan kadang lirih. Bunyi pukulan yang berbeda ini disebabkan oleh posisi telapak tangan yang berbeda. Tiap tabuhan dan posisi tangan yang berbeda akan menghasilkan bunyi yang berbeda pula.
Kompang dipalu atau dipukul menggunakan tangan dengan membedakan posisi tangan memukul pada kulit kompang dan bukaan telapak tangan. Pukulan tangan pada kulit kompang menghasilkan bunyi "tak, tung, pak".
Mengenai bunyi tak, tung, pak yang mirip dapat dibaca pada : Cara Memukul Marwas Dalam Musik Zapin.
Jumlah Pemain Kompang biasanya dalam bentuk rombongan atau kelompok, ada yang 12 hingga 14 orang atau lebih, sehingga menimbulkan paduan suara tepukan yang bervariasi dan lebih semarak. Tetapi tidak jarang juga ada kelompok kompang dengan jumlah sekurang-kurangnya 5, 8, 10 atau diantaranya.
Sejarah Kompang
Kompang berasal dari suatu jenis musik Arab yang dibawa oleh pedagang India-Arab Muslim ke kawasan Melayu yang masuk pada zaman kesultanan Melaka, tepatnya sekitar abad ke-13. Menurut Dinas Kebudayaan Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau, kompang melayu Bengkalis Riau berasal dari Johor Malaysia, tepatnya daerah Kampung Jawa daerah Moar. Sejak tahun 1940-an, kompang ini sudah berkembang di daerah Bengkalis yang dulunya masih menyatu dengan Siak.Mengenai keterangan ini dapat dilihat pada video Kompang Bengkalis Riau - Seni Musik Tradisional Riau
Asal permainan kompang ini konon, seperti yang disampaikan pak Zailani Sulung, dibawa oleh seseorang bernama Pak Maun yang pulang dari daerah Kampung Jawa, Muara Johor, Malaysia tersebut. Sepulangnya di Meskom, sebuah kampung di Bengkalis, ia pun mengajarkan alat permainan musik tersebut kepada abangnya bernama Muhammad Ali. Selanjutnya Pak Maun pindah ke daerah Bantan Tua pada suatu kampung yang dikenal dengan sebutan Resam. Lalu sejak itulah berkembang permainan kompang di tanah Melayu Bengkalis.
Jenis-Jenis Pukulan Kompang
Bila dilihat dari jumlah pukulannya, maka kompang bisa dimainkan oleh 12 orang dengan 12 jenis pukulan yang berbeda. Ada juga yang memilih formasi 5 orang dengan 5 jenis pukulan yang berbeda. Apa saja pukulan-pukulan tersebut?12 jenis pukulan dasar kompang pola palakam tersebut antara lain:
- Mecah
- Mabun
- Nginan
- Selang Nginan
- Ngendung
- Selang Ngendung
- Apet Ngendung
- Mecah Ngendung
- Teratat 9
- Teratat 10
- Teratat 11
- Teratat 12
Pada guru yang lain, semisal pak Zailani Sulung yang juga dari Bengkalis dengan grup kompangnya bernama Grup Kompang Sa'idi, 12 jenis pukulan ini memiliki nama yang berbeda pula berdasarkan pola pukulan panjang dan pendek, yaitu :
- Mabon
- Mecah
- Menggulung
- Merapat (Tlatat 12)
- Selang Gendung (Gendung 4)
- Gendung 1
- Gendung 2
- Gendung 3
- Melalu Panjang 1
- Melalu Panjang 2
- Ngempling Jarang 1
- Ngempling Jarang 2
Menurut pak Sulung, dari berbagai gabungan jenis pukulan dasar panjang dan pendek tersebut, dapat disebut :
- Pukulan Kacang Goreng
- Pukulan Kentung 3
- Pukulan Kentung 5
Sedangkan 5 jenis pukulan kompang dasar yang dapat mewakili 12 jenis pukulan dasar kompang antara lain:
- Mecah
- Mabun
- Ngendung
- Tratat 11
- Tratat 12
Pola pukulan kompang juga bervariasi, ada beberapa jenis antara lain :
- Panjang
- Luncai
- Pukulan Dua
- Palakam
- Sekerat (Setengah)
Paluan kompang ini terdiri dari tradisional dan kreatif modern. Pada paluan tradisional biasanya diiringi dengan nyanyian hingga senandung shalawat. Sementara untuk paluan modern yang kreatif, penampilannya diiringi dengan tarian yang sangat beragam. Padu padan gerakannya sangat beragam dan bervariasi.
Fungsi Kompang
Tradisi kompang yang berkembang di daerah Bengkalis bukan hanya berfungsi sebagai khazanah kekayaan budaya Melayu Riau saja, secara teknis pertunjukan ini juga difungsikan untuk berbagai kegiatan tradisi dan kemasyarakatan yang begitu familiar bagi warga Melayu.Kompang berfungsi untuk beberapa kegiatan penting di antaranya:
- Mengisi acara pertunjukan kesenian untuk peringatan hari besar
- Menjadi iring-iringan muik ada acara-acara tradisi seperti pernikahan yang dilanjutkan dengan tepuk tepung tawar,
- Menjadi musik yang ditabuh pada kegiatan khitanan,
- Menjadi alat musik dan suguhan penampilan untuk acara resmi penyambutan tamu yang datang di masyarakat maupun secara resmi di pemerintahan
- Mengiringi alunan musik pembacaan shalawat dan al barjanji
- Menjadi tabuhan musik iring-iringan di perayaan hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi.
- Menjadi musik acara pertunjukan kesenian khas Melayu, dll.
Pada tradisi pernikahan Melayu, musik kompang digunakan sebagai pengiring prosesi pernikahan. Iring-iringan penyambutan rombongan mempelai biasanya menggunakan alat kompang. Selain itu, musik ini juga akan ditabuh pada acara main duduk (acara berinai dan tepuk tepung tawar). Pada main duduk, pemain kompang akan memainkan syair dari kitab al Barzanji sebagian masyarakat Bengkalis menyebutnya Kompang Rawi atau Kompang Rawi Al- Barzanji atau Kompang Al- Barzanji.
Mengenai Kompang Rawi Al Barzanji dapat dilihat di : Rawi Kompang Pedekik Bengkalis Al Barzanji
Sementara untuk di masjid atau pada acara-acara kenduri di rumah-rumah, musik kompang juga dimainkan untuk mengiringi pembacaan syair kitab Al Barzanji. Dahulunya di Bengkalis musik kompang jenis ini dimainkan sampai subuh hari.
Beberapa lagunya seperti Al Mishahrin, Khairuman, Bismillah, Alhamdulillah dan lain sebagainya. Kitab Al Barzanji merupakan karya sastra Arab berbentuk prosa yang berisi shalawat, doa-doa, puji-pujian, sejarah, riwayat atas Nabi Muhammad SAW. Kitab dengan nama sebenarnya 'Iqd al-Jawahir atau yang biasa disebut Kitab Al Barzanji adalah karya dari Sayyid Ja'far Al-Barzanji (1690-1766) Bin Husain Bin Abdul Karim bin Muhammad. Kitab ini dilafalkan dengan suatu irama atau nada berdasarkan kebiasaan di suatu kelompok masyarakat, misalnya dilantunkan dengan diiringi musik kompang.
Pertunjukan Atraksi Kompang
Guna menjaga dan melestarikan tradisi bermain kompang di masyarakat, pemerintah dan warga masyarakat Bengkalis menaja pertunjukan atraksi kompang. Sebuah pertunjukan bermain kompang terbaik yang dilakukan oleh para pemain yang berbakat dan memiliki keahlian lebih.Permainan ini dilakukan oleh 12 orang laki-laki yang menggunakan pakaian seragam. Keseluruhan pemain kompang ini sengaja dipilih laki-laki karena dinilai memiliki kelebihan dalam kekuatan memukul alat musik dalam waktu yang lama dan hasil bunyi yang beragam.
Selain itu, kaum pria dinilai lebih mudah menghafal syair al barjanji yang akan dinyanyikan. Gerakan-gerakan yang energi dalam waktu durasi yang lama dibutuhkan pada pertunjukan ini, oleh karena itulah pemain keseluruhan dari pertunjukan seni ini dipilih dari kalangan kaum pria dewasa dengan kemampuan yang dianggap lebih dari rata-rata.
Selanjutnya pertunjukan ini bukan hanya sebatas menabuh kompang dan membaca syair al barjanji, tetapi juga didahului dengan beberapa gerakan atraksi dari mulai gerakan pembuka, duduk, berdiri dan sebagainya layaknya pada penampilan zapin. Pertunjukan ini dikenal menampilkan silat, siku kaluang dan tukar kaki. Ketiga gerakan ini adalah gerakan inti yang selanjutnya dikembangkan menjadi gerakan-gerakan lain yang membuat penampilan atraksi kompang menjadi lebih menarik.
Upaya Pelestarian Tradisi Kompang Bengkalis
Sebagai salah satu tradisi lama, kompang membutuhkan upaya konservasi di masyarakat agar tetap menjadi tradisi yang dipertahankan di tanah Bengkalis. Generasi muda mulai malas menabuh kompang dan dianggap kurang modern penampilannya. Oleh karena itulah dilakukan beberapa upaya untuk mempertahankan tradisi kompang tersebut.Apa saja langkah konservasi yang dibutuhkan?
- Pelatihan yang diberikan untuk para tokoh dan pegiat dari tradisi kesenian kompang tersebut
- Pembentukan kampung budaya kompang yang bisa dikombinasikan dengan kampung zapin.
- Kegiatan festival pertunjukan tradisi kompang
- Pelatihan untuk pemain-pemain baru dan muda alat musik kompang.
- Mengolah pertunjukan tradisional dengan paduan unsur-unsur modern yang lebih segar dan disukai kalangan muda.
Sebagai tradisi pertunjukan seni musik, kompang sangat identik dengan nilai budaya Melayu yang bersendi Islam. Mempertahankan tradisi kompang adalah upaya mempertahankan tradisi Melayu sekaligus Islam. Berpijak pada tradisi atas himpitan musik modern.
Video mengenai Cara Memukul Kompang atas 12 Pukulan Dasar Pola Palakam
Video mengenai Cara Memukul Kompang atas 5 Pukulan Dasar Pola Palakam
Video mengenai Sejarah Kompang, Fungsi dan Perkembangannya
Musik Kompang Arak-arakan Pengantin
RiauMagz, Wisata Riau, Budaya Melayu Riau, Memukul Kompang Melayu, Sejarah Kompang, Jenis Kompang, Fungsi Kompang dan perkembangannya.