Daftar Warisan Budaya Tak Benda Riau 2018
RiauMagz.com - Pada tahun 2018, Riau berhasil meraih penghargaan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) sebanyak 14 budaya yang berasal dari berbagai kabupaten yang ada di Provinsi Riau. Provinsi Riau melalui Dinas Kebudayaan mengajukan beberapa macam budaya tak benda yang dianggap terancam punah dan memiliki nilai identitas budaya yang sangat penting bagi beberapa suku dan kelompok yang ada di Riau. Tepat pada tanggal 10 Oktober 2018, sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) diterima Pemerintah Provinsi Riau dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Mengapa Harus Mengajukan WBTB?
Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) merupakan warisan budaya hidup yang tak bisa dipegang tetapi bisa disaksikan, didengar dan dinikmati. Beberapa contoh jenis WBTB ini di antaranya tradisi dan ekspresi lisan, adat istiadat masyarakat, seni pertunjukan, pengetahuan dan kebiasaan terhadap alam semesta, aneka kemahiran tradisional, dan sebagainya. Budaya yang menjadi identitas suatu bangsa ini memerlukan ruang khusus untuk melestarikannya maka dibuatlah penghargaan sertifikat WBTB untuk setiap budaya tak benda di seluruh provinsi di Indonesia. Pengajuan WBTB dilakukan oleh provinsi di Indonesia ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang dijadwalkan setiap tahun.Mengapa perlu dilakukan pelestarian WBTB melalui pemberian sertifikat WBTB tingkat nasional? Berikut beberapa alasannya:
- Menjaga jangan terjadi kepunahan sebuah budaya tak benda tertentu dari suatu daerah yang kondisinya sudah langka dan hampir ditinggalkan oleh kelompok masyarakat terkait.
- Menjaga tradisi tak benda milik Indonesia agar tidak diklaim oleh pihak lain, terutama untuk jenis WBTB yang berada di daerah terluar Indonesia. Jenis WBTB seperti ini menjadi prioritas utama untuk disahkan setiap tahunnya.
- Menjadi motivasi bagi pemerintah daerah setempat untuk melakukan upaya konservasi dan pelestarian budaya tak benda di setiap daerah secara lebih berkesinambungan setelah disahkan di tingkat nasional.
- Menjadi referensi bagi pemerintah dalam mengumpulkan budaya unik di Indonesia untuk diajukan ke tingkat internasional melalui UNESCO.
- Upaya konservasi mendesak terhadap suatu WBTB yang dianggap hampir punah dalam kondisi tertentu.
- Menjadi motivasi bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan dan melestarikan keberagaman tradisi berbagai kelompok yang ada di daerahnya.
- Menyuguhkan kekayaan budaya yang dapat bernilai wisata bagi pemerintah pusat maupun daerah. Budaya yang sudah mendapatkan sertifikat WBTB bisa dikembangkan dan dilestarikan sedemikian rupa untuk membantu meningkatkan perkembangan pariwisata daerah dan nasional.
Inilah Daftar 14 WBTB Riau 2018
Tahun 2018 terbilang sebagai tahun yang gemilang bagi Provinsi Riau karena berjaya mendapatkan sertifikat untuk 14 budaya tak benda dari berbagai kabupaten yang ada di Riau. Adapun ke-14 budaya tak benda tersebut di antaranya adalah:- Silek Tigo Bulan (Rokan Hulu)
Salah satu silat tradsional yang cukup populer di Rokan Hulu adalah silek tigo bulan, atau silat tiga bulan. Silat yang pelajari selama 100 hari ini memiliki dua tahapan yang harus dilalui, yakni tahapan ketahanan fisik atau sendeng dan ketangkasan dalam gerak atau tondan. Sendeng lebih dulu dipelajari sebelum tondan. Lamanya masa belajar tondan menghabiskan waktu selama 70 hari.
Silahkan baca selanjutnya : Silek Tigo Bulan, Silat Langka Dari Rokan Hulu
- Ratik Bosa/Ratik Togak (Rokan Hulu)
Ratik togak merupakan tradisi berzikir masyarakat Rokan Hulu yang dilakukan dengan cara berdiri. Jamaah suluk tarikat Naqsabandi banyak melakukan tradisi zikir berdiri ini secara turun temurun. Setelah acara zikir bersama selesai, ratik togak ini biasanya dilanjutkan dengan acara makan bersama dan bersalam-salaman. Tradisi yang khas ini terbilang unik dan sudah dilakukan oleh masyarakat Rokan Hulu cukup lama dalam kondisi yang terancam punah.
Silahkan baca selanjutnya :
- Lukah Gilo Riau (Rokan Hulu)
Sebuah pertunjukan berupa lukah atau perangkap ikan yang diberi kekuatan mantra sehingga tampak bergerak-gerak sendiri dalam pegangan beberapa orang. Pertunjukan ini dilakukan oleh suku Bonai di daerah Rokan Hulu dan sangat terkesan menyuguhkan suasana magic di dalamnya.
Silahkan baca selanjutnya :
- Ghatib Beghanyut (Siak)
Ghatib beghayut atau ratib berhanyut merupakan ritual tolak bala yang dilakukan masyarakat di Mempura Siak. Ritual dengan menggunakan pakaian putih dan kapal yang dihanyutkan di sungai tersebut diyakini sebagai ritual yang dapat mengusir musibah dan hal-hal tidak baik yang datang ke daerah setempat. Ritual ini diawali dengan kegiatan zikir bersama.
Silahkan baca selanjutnya :
- Syair Siak Sri Indrapura (Siak)
Syair Siak Sri Indrapura merupakan syair yang berisi tentang catatan sejarah terbentuknya kerajaan Islam di Riau tersebut. Syair ini terbagi dua yakni syair raja Siak dan syair perang Siak.
Silahkan baca selanjutnya : Syair Siak Sri Indrapura, Sastra Melayu Dalam WBTB Riau
- Tari Gendong (Siak, Meranti, Bengkalis)
Tari gendong merupakan salah satu tarian tradisional yang bisa ditemukan di daerah Siak, Bengkalis dan Meranti. Tujuan tarian ini selain sebagai pertunjukan kesenian juga sebagai ritual tolak bala masyarakat setempat. Tarian ini ditampilkan dalam acara-acara masyarakat seperti pernikahan, syukuran, khitan dan sebagainya.
Silahkan baca selanjutnya :
- Kayat Kuansing / Kayat Rantau Kuantan (Kuantan Singingi)
Kayat Kuangsing merupakan seni pertunjukan pembacaan pantun yang disampaikan dengan dendangan oleh seorang tukang kayat. Tradisi ini sudah terancam punah dan tidak lagi dikenali generasi muda.
Silahkan baca selanjutnya : Kayat Kuansing (Kayat Rantau Kuantan)
- Nandung Inderagiri Hulu (Inderagiri Hulu)
Nandung merupakan salah satu tradisi lisan yang dilakukan masyarakat Indragiri Hulu dalam bentuk nyanyian para ibu yang ingin menidurkan anak. Sebuah nandung dapat berisi pesan-pesan agama, kasih sayang pada orang tua, pendidikan, akhlak dan nasihat-nasihat.
Silahkan baca selanjutnya : Nandung Indragiri Hulu, Karya Sastra Lisan Untuk Menidurkan Anak
- Silat Pangean (Kuantan Singingi)
Tradisi pencak silat yang cukup terkenal di Kuantan Singingi adalah silat pangean. Silat bela diri ini menjadi salah satu warisan budaya tak benda Riau yang sudah mulai langka dipelajari kalangan muda dan pada tahun 2018 sudah ditetapkan sebagai WBTB di Provinsi Riau.
Silahkan baca selanjutnya :
- Belian (Pelalawan)
Belian merupakan tradisi pengobatan yang dilakukan suku Petalangan yang ada di Pelalawan. Salah satu daerah yang masih banyak melakukan tradisi ini di Pelalawan adalah Desa Segati, Kecamatan Langgam, Pelalawan.
Silahkan baca selanjutnya :
- Basiacuong (Kampar)
Bentuk sastra lisan masyarakat Kampar yang cukup terkenal dinamakan basiacuong atau basisombau. Tradisi ini merupakan bentuk penyampaian ide dan pikiran, nasihat yang dilakukan secara tidak langsung menggunakan bahasa yang lebih halus dan nyaman didengar.
Silahkan baca selanjutnya :
- Pantun Atui (Kampar)
Pantun Atui merupakan pantun khas Kampar yang dibuat menggunakan bahasa ocu yang berisi ungkapan perasaan cinta yang dialami seorang pria pada wanita atau sebaliknya. Tradisi ini juga sudah terbilang langka dan mulai ditinggalkan banyak orang sehingga layak mendapatkan sertifikat WBTB di tahun 2018.
Silahkan baca selanjutnya :
- Badondong (Kampar)
Badondong merupakan seni lisan pantun yang disampaikan pada saat kegiatan gotong royong atau bersawah bersama (batobo) yang menjadi tradisi khas masyarakat Kampar.
Silahkan baca selanjutnya :
- Kotik Adat Kampar (Kampar)
Kotik merupakan upacara adat dan agama yang dilaksanakan di Nogori Pulau Godang, Kabupaten Kampar. Bagi orang Ocu yang tinggal di daerah tersebut, melakukan tradisi ini berarti berpegang kepada adat sekaligus meningkatkan amalan keagamaan.
Silahkan baca selanjutnya :
Silahkan baca selanjutnya :
TARI GENDONG SUKU AKIT MERANTI, RIAU
RiauMagz, Wisata Riau, warisan budaya Riau. Draft 17 Nov 2020.