Upah-Upah Upacara Adat Melayu
Secara etimologi Melayu Rokan dan Mandailing, Upah-upah adalah bermakna nasehat, doa, mempererat hubungan silaturahmi, memupuk rasa syukur, pengembalian dan elaborasi spirit (semangat) atau dalam bahasa melayunya, pengembalian tondi seseorang atau kelompok. Upah-upah dikatakan juga sebagai sebuah kegiatan motivasi yang diberikan kepada seseorang atau kelompok dengan cara-cara tertentu sesuai dengan adat istiadat melayu. Secara ilmiah Upah-upah dianggap sebagai pemberian sugesti atau dorongan spritual terhadap moral seseorang atau sekelompok orang. Oleh karena itu upah-upah merupakan bentuk softskill training bagi seseorang yang dilaksanakan sesuai adat istiadat melayu. Dan upacara adat ini biasanya digabung dengan Tepung Tawar.
Upah-upah tidak dilaksanakan sebagaimana sebuah seminar motivasi kontemporer dilaksanakan. Bahasa dan kata-kata yang digunakan sarat dengan bahasa perlambang dan simbol. Cara penyampaiannya pun unik, yaitu dengan menggunakan pantun. Khas melayu banget.
Perkembangan dunia motivasi dewasa ini sangat pesat sekali. Terbukti dari semakin banyak motivator-motivator yang populer di lingkungan sosial kita. Tema yang mereka bawapun juga beragam. Mulai dari etika, pengembangan diri dan tak jauh-jauh dari bisnis atau enterprenuer.
Tidak ada yang salah dari semua itu. Justru hal itu menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang menyadari tentang pentingnya motivasi bagi jiwa kita. Namun, tahukah Anda bahwa jauh sebelum dunia motivasi bersentuhan dengan bisnis dan ambisi, Melayu Riau telah menjadikan motivasi sebagai budaya? Itulah yang disebut dengan Upah-upah.
Eits jangan salah! Ini bukan upah kerja, honor ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan imbalan atas jasa atau nilai tukar benda. Bahkan sangat jauh dari pengertian kata ‘upah’ dalam Bahasa Indonesia. Juga bukan pengulangan kata. Upah-upah merupakan satu kesatuan kata.
Sebagai sebuah kegiatan motivasi adat, upah-upah juga dilaksanakan bertema-tema. Oleh karena itu, ada beberapa jenis upah-upah yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan upah-upah yang hendak di capai.
1. Upah-upah karena tercapai sebuah hajat, keinginan atau cita-cita
Upah-upah jenis ini dilaksanakan sebagai rasa syukur karena cita-cita atau hajat atau permintaan yang telah tercapai.
2. Upah-upah yang dilaksanakan karena sembuh dari sakit
Upah-upah ini dilaksanakan karena harapan dan permintaan untuk sembuh dari sakit sudah tercapai. Upah-upah jenis ini biasanya dilaksanakan oleh orang yang sembuh dari sakit yang cukup lama atau sakit menahun, atau sakit yang berat dan sukar dicari obatnya. Upah-upah seperti ini kurang lebih dilaksanakan atas rasa syukur kepada Allah SWT atas keajaiban yang telah terjadi terhadap si sakit.
3. Upah-upah Selamat
Upah-upah ini dilaksanakan sebagai rasa syukur seseorang atau sekelompok orang karena selamat dari suatu musibah alam atau gangguan orang. Misalnya seseorang yang selamat dari tanah longsor, penipuan dari orang jahat atau peristiwa-peristiwa tragis lainnya.
4. Upah-upah yang dilaksanakan khusus karena peristiwa-peristiwa tertentu.
Upah-upah ini dilaksanakan karena seseorang yang sedang atau telah melalui tahapan khusus dalam hidupnya, seperti khitanan, nikahan dan naik pangkat. Bahkan ketika upah-upah masih begitu sering dilaksanakan, tak jarang anak melayu yang telah menyelesaikan pendidikan sarjananya juga mendapatkan acara upah-upah dari orang tua yang bersangkutan sebagai rasa syukur. Dan, bagi masyarakat melayu, perayaan/resepsi pernikahan yang paling sakral selain pengucapan ijab kabul adalah ketika pelaksanaan upah-upah. Karena, di dalam acara ini, termuat segala harapan, do’a, nasehat, motivasi untuk mempelai yang akan mengarungi kehidupan rumah tangga.
Setiap penyelenggaraan acara upah-upah, selalu dilengkapi dengan bahan-bahan makanan tertentu. Bahan-bahan makanan yang tersedia di acara upah-upah memiliki tingkatan-tingkatan. Hal hal ini terkait dengan niat atau nazar yang telah diucapkan dan kemampuan ekonomi yang mempunyai hajat. Bukan hanya berdasarkan pada tujuan atau manfaatnya. Secara umum disebut nasi upah-upah yaitu nasi berikut lauk-pauk sesuai tingkatan upah-upah.
Mungkin sebagian dari kita ada yang tidak sepaham dengan ragam jenis bahan makanan yang harus disiapkan oleh si pelaksana upah-upah tersebut. Namun itu kembali kepada pribadi masing-masing. Karena bagaimanapun juga upah-upah adalah adat istiadat Melayu yang telah ada sejak nenek moyang dahulu kala.
Kembali pada tingkatan upah-upah adat Melayu, yaitu:
1. Tingkatan Biasa
Pada tingkatan ini, makanan yang tersedia antara lain, hati ayam yang dipanggang, telur ayam rebus yang telah dikupas, udang di pais/goreng atau di kupas, kemudian ada beras kunyit, nasi pulut kunyit dan sayur mayur.
2. Tingkatan Lengkap
Upah-upah dikatakan memiliki bahan makanan lengkap apabila menyediakan bahan makanan seperti yang terdapat pada tingkatan biasa, juga menyediakan gulai kepala kambing dan bagian-bagian tubuh kambing yang dapat dimakan selain kepala. Jenis masakannya dapat berupa apa saja. Namun kebanyakan masyarakat melayu membuatnya menjadi Gulai Kambiing.
3. Tingkatan Sangat Lengkap
Pada tingkatan sangat lengkap ini, makanan yang disediakan haruslah semua makanan yang ada pada tingkatan lengkap. Dan, ditambah dengan gulai kepala kerbau, serta bagian-bagian tubuh kerbau yang dapat di makan.
Upah-upah dalam pelaksanaannya juga memiliki susunan acara. Jika dalam skala besar maka upah-upah dipimpin oleh seorang protokol atau master of ceremoni atau (MC) atau pemandu acara khusus upah-upah. Sedangkan untuk skala kecil, maka upah-upah langsung dikomandoi oleh si pelantun pantun atau si pengupah (orang yang melantunkan upah-upah).
Pengupah dan tetamu yang diundang duduk bersila (lesehan) di tempat yang telah disediakan. Susunan duduk tersebut bisa membentuk setengah lingkaran atau persegi panjang. Nah, yang lebih pentingnya adalah orang atau kelompok orang yang akan dimotivasi atau diupah-upah tersebut.
Uniknya, meskipun dihadiri oleh masyarakat umum, upah-upah hanya ditujukan pada orang-orang tertentu saja. Sesuai dengan jenis pelaksanaannya seperti yang telah kita bahas sebelumnya.
Orang atau kelompok orang yang akan diupah-upah tersebut duduk di tengah lingkaran atau ditempat khusus menghadap kepada tetamu (audience) yang hadir. Dihadapan mereka diletakkan makanan upah-upah. Makanan tersebut ditata di atas nampan, talam, piring atau wadah khusus dan ditutupi selembar kain.
Sebelum upah-upah dimulai, tuan rumah atau yang punya hajat memberikan pidato singkat. Pidato ini umumnya berupa kata sambutan dan menjelaskan maksud atau tujuan pelaksanaan upah-upah tersebut.
Kemudian acara dilanjutkan. Pengupah mengambil posisi berdiri atau duduk disamping orang atau kelompok yang akan diupah-upah. Pengupah mengangkat wadah makanan di atas orang atau kelompok yang akan diberi upah-upah dengan berpantun. Namun jika jenis upah-upah yang dilaksanakan adalah lengkap atau sangat lengkap maka wadah makanan tidak perlu diangkat, cukup dibuka saja kain penutupnya.
Berikut ini adalah contoh pantun upah-upah dengan tema tercapainya hajat, keinginan atau cita-cita yang dikutip dari buku, karya, Irwan Effendi dkk berjudul Upah-upah: Tradisi Membangkitkan Semangat dalam Masyarakat Melayu, terbitan September 2008 oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, Yogyakarta.
Pertama, dimulai dengan pantun pengantar. Berikut cuplikannya:
Assalamu`alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Puji dan puja kita sembahkan kepada Tuhan kita
Itulah Allah Subhanahu wata`ala
Yang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita
Kita yang duduk melingkar di rumah yang bercahaya.
Juga hormat kami...
Kami susunkan kata terhadap orang tua-tua kami
Ampun beribu ampun mohon diberi
Itulah sepuluh ampun dipersembahi
....
Kedua, dilanjutkan dengan dengan pantun penyampaian makna upah-upah. Berikut ini contoh pantunnya:
Itulah tadi kata pengantar upah-upah
Kata pembuka penyampai sembah
Izinkan pula hamba menyampaikan risalah
Bermohon ampun, ridho dan berkah
Risalah upah-upah memaknai isi
Sifat ayam rajin mengais razeki
Petang dan pagi tak mengenal hari
Rezeki tentu yang diridhai illahi
...
Pantun penyampaian makna upah-upah tersebut biasanya menjelaskan makna dari bahan-bahan makanan yang digunakan untuk upah-upah. Seperti misalnya ayam yang melambangkan sebagai makhluk Tuhan yang sangat rajin.
Ketiga adalah pengucapan pantun berupa tujuan dari upah-upah tersebut. Berikut cuplikannya:
Bismillahirahmanirrahim kami ucapkan
Rahmat Allah senantiasa kita pintakan
Menyampaikan niat serta hajat diadakan
Mengupah-upah anak dan kemenakan
Sudah terselip di hati ibu dan ayah
Menyampaikan niat melaksanakan upah-upah
Niat terkandung lamalah sudah
Baru sekarang beroleh izin Allah
Maka pada saat ini ada hajat di dalam hati
Ada niat yang belum terlaksanai
Untuk mengupah-upah kemenakan kita ini
Karena mencapai cita-cita di hati.
...
Demikian selanjutnya pantun pun berlangsung sampai selesai. So, jika Anda berminat untuk melaksanakan upacara adat upah-upah Melayu, jangan lupa undang Riau Magz, ya! :-) untuk didokumentasikan (IS)
Artikel ini dipublish ulang dari Riau Magazine versi 2.0 tanggal 31 Mar 2013
Penulis : IS