Pengantar Deklarasi Hari Pantun Nasional 17 Desember 2023
Sejarah Perjalanan Pantun Indonesia Malaysia Menuju Warisan Dunia.
Penyampaian salam hormat kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ristekdikti (Nadiem Makarim) yang diwakili hari ini oleh Profesor Adlin Sila, P.Hd., staf ahli menteri. Yang terhormat, ketua KNIU (Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO), DR. Ice Khodijah. Ketua Badan Pembina Asosiasi Tradisi Lisan, Dr. Muklis PaEni. Yang terhormat Gubernur Riau dan Gubernur Kepulauan Riau. Yang terhormat Ketua Lembaga Adat Melayu Riau. Yang terhormat Ketua LAM Kalbar yang sekaligus juga sebagai Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Provinsi Kalbar, Profesor Chairil. Yang terhormat Konsul Malaysia. Yang terhormat Kadis dan yang membidangi kebudayaan. Yang terhormat wakil dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, wakil Balai Bahasa, dan wakil Balai Pelestarian Kebudayaan Riau Kepri. Dan, sekalian para undangan yang saya hormati, tuan-tuan puan puan yang berbahagia.
Kita akhirnya bertemu di dalam ruang yang sungguh mengesankan ini dalam acara Deklarasi Hari Pantun Nasional. Izinkan saya membacakan pengantar untuk hari ini. Perjalanan yang sungguh panjang, dimana ATL memulainya dari tahun 2015. Di tahun 2015 kita mengusulkan pantun untuk menjadi warisan dunia. Sebetulnya perjalanan 2015 diawali dengan kegiatan yang kita sebut saat itu "Celebrating Pantun Nusantara; Ritual kehidupan dalam peragaan pantun Nusantara" yang diadakan di Jakarta, pada saat itu ketika Ketua Pembina ATL masih menjadi Dirjen kebudayaan di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. Saat itulah sudah mulai dipikirkan sebelumnya, bagaimana pada tahun 2007 kita memajukan pantun.
Baru Kemudian pada tahun 2015, pada saat itu saya kebetulan menjadi Ketua Tim Ahli Warisan Budaya Tak Benda, mengusulkan bersama dengan ATL Indonesia dengan Provinsi Riau. Terima kasih pada Gubernur Riau dan semua jajarannya yang telah memfasilitasi pertama kali pertemuan penominasian pantun Indonesia dan Malaysia, di rumah jabatan Gubernur. Pada saat itu Dubes UNESCO untuk Indonesia, turut hadir pada pertemuan pertama tersebut. Kebetulan kejadian pada bulan yang sama, yaitu bulan Desember jelang akhir tahun seperti ini.
Kegiatan tahun 2015 itu dilanjutkan kemudian diperkuat dan dijadikan (dibentuk) tim grup dengan koordinator dari Asosiasi Tradisi Lisan Indonesia, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, khususnya pada saat itu adalah Direktorat Warisan Budaya dan Diplomasi Budaya. Semuanya sangat mendukung upaya kita bersama ini. Sehingga pada akhirnya tahun 2017, dosir pantun Indonesia bisa dikirimkan ke UNESCO.
Dari 2017 sampai 2019 itu proses ulang-alik, ada perbaikan dosier, khususnya karena ini adalah acuan pertama indonesia joint nomination dengan pihak Malaysia dan juga acuan pertama dari pihak Malaysia joint nomination dengan pihak Indonesia. Jadi pada saat itu masih ada penyesuaian-penyesuaian teknis sehingga saat itu memerlukan waktu sekitar 2 tahun. Pada 2019, dosier final dimasukkan ke UNESCO dan pada tahun 2020, tepat hari ini, tanggal 17 Desember, Pantun Indonesia Malaysia ditetapkan sebagai warisan dunia. Alhamdulillah puji syukur, pada akhirnya perjuangan kita bersama, bisa mencapai harapan dan kita sudah menyumbang kepada dunia berupa pantun dari kita.
Pada pertemuan minggu lalu di Botswana Afrika, saya mengikuti kegiatan sidang tahunan UNESCO. Saat itu Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Sri Lanka, meminta dan menitipkan pesan bahwa Sri Lanka akan ikut di dalam extension pantun, karena menurut mereka, Sri Lanka juga mempunyai pantun. Sehingga Sri Lanka ingin ikut Indonesia dan Malaysia untuk mengajukan pantun tahun yang akan datang. Semoga langkah Sri Lanka diikuti juga oleh Brunei Singapura dan Thailand.
Kehidupan berbangsa dan bernegara banyak ditentukan oleh kualitas anggota masyarakatnya. Salah satu penanda kualitas adalah kemampuannya dalam berbahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Tidaklah lebih berlebihan bila dikatakan bahasa menunjukkan bangsa. Dengan kata lain dapat dikatakan seseorang dinilai dari tutur kata yang diucapkannya atau diungkapkannya di dalam tulisan. Bagaimana keefektifan bahasa sebagai sarana komunikasi akan berperan dalam penyampaian gagasan pikiran dan perasaan sudah terbukti. Bahasa yang benar tidak saja karena konstruksi tata bahasanya benar tetapi juga karena disampaikan dengan cara yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi, serta sasaran pembicaranya.
Bila bahasa menentukan bangsa, berarti bahasa seseorang akan menentukan kualitas bangsa dan kualitas budayanya sebagai seorang warga negara yang bersangkutan. Maka apakah tidak beralasan bila setiap orang harus memperhatikan, bagaimana dapat menggunakan bahasa dengan santun, sesuai dengan tujuan dan yang ditujukannya. Pemerolehan bahasa yang santun ini tentu saja tidak dengan serta merta dapat dilakukan dan didapatkan oleh seseorang. Kebiasaan dari sejak dini dan lingkungan sosial masyarakat akan banyak menentukan pola berbahasa seseorang.
Dalam konteks budaya Indonesia salah satu sumber berbahasa dengan santun dapat diambil dari pantun, karena sifat kesantunannya tersebut, maka apa yang diungkapkan dalam pantun tidak pernah melukai hati orang meski pun pantun yang dimaksudkannya tersebut dimaksudkan sebagai kritikan. Pantun memang terbukti merupakan produk budaya tertua kita. Pantun telah lama dikenal sebagai bagian dari tradisi masyarakat budaya Indonesia, meski pun memang kini tidak banyak lagi yang menggunakannya di berbagai daerah, khususnya di luar berbahasa Melayu. Pantun dapat digunakan dalam berbagai kesempatan baik secara ritual maupun dalam kehidupan keseharian. Umumnya orang mengaitkan pantun dengan bahasa Melayu dan karena itulah kita di dalam dosir menuju UNESCO, dikatakan juga Pantun Melayu, dan kasus Indonesia, penyebarannya dari mulai barat sampai ke Timur.
Menyampaikan gagasan pikiran dan perasaan dengan cara yang santun, tetapi tepat dan sekaligus indah dan dapat dijadikan sebagai salah satu kebanggaan bangsa serta sekaligus juga sebagai kekuatan bangsa. Pantun dapat diambil sebagai salah satu contoh yang sangat baik dan tepat. Dengan mengetahui bagaimana berbagai kelompok komunitas dapat mengungkapkan berbagai hal dalam berbagai pantun yang amat bervariasi. Dapatlah kiranya diharapkan bahwa tradisi ini mengungkapkan segala sesuatu dengan bahasa indah dan santun, tetapi tepat dan dapat terwujud kembali. Kita akan terlalu dinilai pada setiap lima tahun sekali. Di tahun 2020 pantun ditetapkan UNESCO, maka kita harus siap-siap tahun 2025 akan dinilai kembali, apakah pengajuan pantun tersebut memang sungguh-sungguh berguna untuk Indonesia, Malaysia, dan dunia.
Pantun bukanlah hanya bagian dari masa lalu kita, tetapi juga dapat menjadi bagian dari masa kini dan masa depan. Dengan mengetengahkan berbagai pantun dari berbagai daerah untuk menggambarkan sebuah siklus kehidupan keseharian manusia, kita dapat memahami mengapa pantun dapat dijadikan sumber utama pembentukan bangsa dari sudut bahasa. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih sangat relevan dengan situasi masa kini.
Saya akan mengakhiri pengantar ini dengan sebuah pantun.
Berlari-lari ke dalam kebun,
dalam kebun adalah para.
Bernyanyi serupa pantun,
dalam pantun adalah kehendak semua.
Terima kasih atas segala perhatian semua,
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(Riaumagz Deklarasi Hari Pantun Nasional)