Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Buah Golek; Kue pulut goreng nan molek dari Kenegerian Koto Tuo Baserah Kuantan Singingi - Riau

kue buah golek baserah basogha kuansing

Tulisan ini merupakan simpulan dari kajian dengan judul yang sama oleh Tania Dwika Putri dan Syahyarwan Zam, dari Tim Pengkaji Kue Buah Golek Kuantan Singingi, pada Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Foto oleh Attayaya Zam

RiauMagz.com - Buah Golek adalah sejenis kue tradisional masyarakat di Kenegerian Koto Tuo Baserah berbentuk bulat lonjong, dibuat dengan cara digolek-golekkan atau diguling-gulingkan di telapak tangan, yang berbahan dasar dari tepung pulut (padi pulut) merah ataupun putih, diisi dengan parutan kelapa bercampur gula putih, lalu digoreng.

Kata “buah” berasal dari bentuk kue ini yang lonjong. Sedangkan kata “golek” berasal dari proses pembuatannya, yaitu digolek-golekkan atau diguling-gulingkan di atas telapak tangan. Kata golek bersinonim dengan kata guling ataupun gelundung ataupun gelinding, dimana proses menggolek ini dua arah bolak balik.

Varian nama lainnya adalah “bagolek”, dan varian lain yang sangat jarang disebut adalah “bagholek”, dua nama yang mirip tetapi berbeda arti. Bagolek diartikan sebagai “bergolek” atau berguling dalam pemaknaan kata kerja dari proses kue buah golek yang dibuat dengan cara digolek-golekkan. Sedangkah “bagholek” diartikan khususnya bagi orang Baserah sebagai “berhelat” yang dimaknai sebagai “perayaan”, bukan dalam artian lain yang tercantum dalam KBBI. Berhelat merupakan makna umum bagi orang Melayu terhadap perayaan. Bagholek dalam pemaknaan kue buah golek adalah kue yang akan digunakan dalam sebuah perayaan.

kue buah golek baserah basogha kuansing

2. Bahan Pembuatan Kue Buah Golek

Kue buah golek menggunakan pulut atau disebut juga padi pulut, beras pulut, sipulut atau padi sipulut, sedangkan di wilayah lain Indonesia disebut secara umum sebagai ketan, padi ketan, atau beras ketan.

  1. Pulut yang digunakan lebih disukai pulut merah, terkadang digunakan juga pulut putih 5 kg.
  2. Kelapa 15 butir dan Gula 3 kg untuk isi inti.
  3. Pisang kapas atau pisang batu matang 1 sisir atau 14-16 buah.
  4. Vanila secukupnya.
  5. Garam secukupnya.
  6. Daun pandan sedikit sebagai penambah wangi.
  7. Air secukupnya.
  8. Minyak goreng 2-3 liter.
kue buah golek baserah basogha kuansing

3. Proses atau Cara Membuat Kue Buah Golek

  1. Pembuatan adonan tepung pulut, pulut dicampur pisang telah dilumatkan, ditambah sedikit garam, lalu air ditambahkan sedikit demi sedikit. Diadon dengan cara dibolak balik dari bawah ke atas, dengan ditekan-tekan agar sebati.
  2. Kelapa diparut lalu dicampur gula, ditambah sedikit vanila, potongan daun pandan, dan diaduk merata. Dipanaskan untuk mengurangi air yang timbul dari daging parutan kelapa, dan agar gula sedikit meleleh dan melekat ke daging parutan kelapa, serta lebih lembut.
  3. Mulai membentuk dasar kue yang pipih lonjong, diisi adonan kelapa gula, lalu ditutup.
  4. Mulai digolek-golekkan atau digelindingkan di telapak tangan sampai membentuk bulat lonjong yang sempurna.
  5. Goreng dalam minyak yang telah panas, usahakan seluruh kue tenggelam dalam minyak, dan gunakan api sedang, jangan terlalu besar. Usahakan masukkan kue satu persatu agar tidak lengket satu sama lainnya.
  6. Angkat dan tiriskan.
  7. Siap dihidang.

Walaupun sebagai adonan utama, para perempuan di Kenegerian Koto Tuo Baserah akan memulai proses pembuatan kue buah golek dengan membuat inti buah golek dari kelapa parut, yang dalam bahasa daerah tersebut disebut sebagai luo atau halwa. Tidak berselang lama setelah adonan campuran kelapa gula diproses, para perempuan yang lain akan memulai proses.

Adonan kue buah golek yang telah jadi, maka selanjutnya akan dibentuk menjadi kue buah golek yang siap digoreng. Sebelum digoreng, terdapat beberapa proses yang dilakukan. Pertama, membentuk dasar kue, kedua, mengisi luo atau inti berupa adonan campuran kelapa gula, dan ketiga, menggolek untuk membentuk kue buah golek yang lonjong, kemudian menggoreng dan membungkus.

4. Sejarah Kue Buah Golek

Berdasarkan keterangan narasumber yang berumur di atas 50 tahun, keberadaan kue buah golek sejalan dengan keberadaan Aghi Ghayo Onom. Walaupun tidak dapat disebut tahun pastinya, umumnya para orang-orang tua di Kenegerian Kototuo Baserah akan menyebutnya “sejak nenek makan keluang” yang berarti telah sangat lama. Aghi Ghayo Onom sebagai perayaan Hari Raya itu sendiri muncul karena pemahaman umat muslim atas pelaksanaan puasa sunah 6 hari di bulan Syawal yang dimulai dari tanggal 2 Syawal dan berakhir pada 7 Syawal. Perayaan Aghi Ghayo Onom akan dilaksanakan pada 8 Syawal untuk memeriahkan Hari Kemenangan tersebut yang disiapkan dengan kue buah golek. Jika umat muslim lain, merayakan Hari Kemenangan Idul Fitri pada 1 Syawal, masyarakat di Kenegerian Kototuo Baserah melaksanakan Hari Kemenangan tersebut justru pada 8 Syawal.

5. Fungsi dan Penggunaan Kue Buah Golek

Peran dan kegunaan dalam budaya daerah Kenegerian Kototuo Baserah:

  1. Makanan anak cucu kemenakan yang dibuat oleh para perempuan di Kenegerian Kototuo Baserah, terutama oleh nenek maupun ibu.
  2. Makanan dalam kegiatan adat, dimana kue buah golek digunakan pada beragam kegiatan adat di Kenegerian Koto Tuo Baserah, terkhusus digunakan pada:
    • perayaan Aghi Ghayo Onom. Kue akan ditempatkan pada sasampek maupun jambae yang diarak dari Lapangan Tugu Baserah menuju rumah suku masing-masing.
    • makan bersama pacu jalur, pernikahan, khitanan, khatam Quran, maupun madang atau doa padang ketika akan memulai pembibitan dan memanen di sawah.

6. Makna Kue Buah Golek

Arti kue buah golek sebagai suatu bentuk budaya daerah:

  1. Keharmonisan, kerukunan dan kebersamaan sesama tetangga dan sepersukuan.
  2. Ketaatan atau kepatuhan atas arahan perempuan yang lebih tua.
  3. Kebenaran dan kebaikan dengan memilih bahan-bahan alami yang terbaik.
  4. Kesabaran, ketekunan dan ketelitian yang terwujud dari proses menggolek.
  5. Keindahan dari bentuk lonjong yang tepat dan warna yang memukau.
  6. Kesepakatan dalam musyawarah mufakat dari proses menggolek dan bentuk bulat lonjong yang sempurna.
  7. Menghargai satu sama lain.

7. Nilai Kue Buah Golek

Sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan, mendorong pembangunan, dan sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya yang berhubungan dengan etika.

Pulut yang digunakan melambangkan kemakmuran, kesejahteraan, kesuburan, kesatuan, kesehatan dan keberuntungan yang telah diketahui sejak dahulu kala. Perlambangan ini tercermin dari penggunaan pulut, misalnya kue buah golek ini di berbagai kegiatan adat, yang bernilai:

  1. Pembentuk perhatian dan kasih sayang dari orang yang memasaknya, kasih sayang nenek ke anak cucu kemenakan.
  2. Pembentuk keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan, terutama di dalam lingkungan masyarakat Kenegerian Koto Tuo Baserah.
  3. Pengikat kebersamaan di antara masyarakat.
  4. Penghubung yang erat antara manusia dan alam.
  5. Penguat hubungan dan komunikasi sosial rasa kekeluargaan.
  6. Penguat spiritualitas hubungan dengan Tuhan bagi masyarakat Baserah yang religius.
  7. Penguat identitas, kekayaan budaya, kebanggaan budaya, dan sejarah.
  8. Penjaga integritas dan kontrol sosial dalam satu rumah, satu lingkungan tetangga, dan satu suku.
  9. Penghormatan kepada nenek moyang.
  10. Pewarisan, pembelajaran dan transfer pengetahuan budaya.
  11. Pelestarian budaya.
  12. Kerajinan yang melahirkan kemahiran dan keterampilan.
  13. Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan di mulai dari penyediaan bahan.

8. Keunikan Kue Buah Golek

  1. Proses pembuatannya yang berbeda dengan cara digolek-golekkan atau diguling-gulingkan di telapak tangan secara bolak-balik tanpa menggunakan cetakan yang menunjukkan kesederhanaan dan kemudahan dalam membuatnya.
  2. Buah golek terbuat dari tepung pulut merah, walaupun sebagian ada yang membuat dari tepung pulut putih.
  3. Menggunakan gula pasir putih dicapur bersama kelapa menjadi inti kue atau luo, luwo, alue, alwa, halwa, manisan.
  4. Proses pembuatannya yang berbeda dengan cara digolek-golekkan atau diguling-gulingkan di telapak tangan secara bolak-balik tanpa menggunakan cetakan.
  5. Kue buah golek terbuat dari bahan alami yang ada di Kenegerian Koto Tuo Baserah.
  6. Kue buah golek memiliki rasa utama yang manis dan legit. Rasa legit ditimbulkan dari bahan tepung pulut itu sendiri, yang sedikit dicampur pisang, parutan kelapa dan garam secukupnya. Sedangkan rasa manis timbul dari adanya gula yang dicampur dengan parutan kelapa.
  7. Tekstur tepung pulut yang lembut dan kenyal setelah dimasak merupakan ciri khas pulut yang mengandung sifat sedikit lengket.
  8. Peran penting perempuan dalam menjaga dan melestarikan tradisi pembuatan kue tradisional di Kenegerian Koto Tuo Baserah.
  9. Sejarah panjang kue buah golek, beriringan dengan sejarah panjang perayaan Aghi Ghayo Onom di Kenegerian Koto Tuo Baserah.
  10. Tampilan permukaan kue buah golek awalnya licin mengkilat, tetapi ketika digoreng berubah warna lebih menarik menjadi coklat dan kuning keemasan. Tekstur permukaannya akan berubah tidak rata dan lebih garing sedangkan bagian dalamnya tetap lembut.
  11. Aroma gurih dan bau karamel timbul dari kue buah golek setelah digoreng.
  12. Kue rebutan pada tradisi perayaan Aghi Ghayo Onom.

9. Upaya Pelestarian dan Harapan

  1. Secara sadar atau pun tidak, para perempuan di Kenegerian Koto Tuo Baserah telah melakukan pewarisan dan pelestarian, dengan mengajak, mengarahkan, membimbing anak cucu kemenakan.
  2. Adanya kajian-kajian kue buah golek, baik yang telah dilakukan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, maupun kajian-kajian lain yang berhubungan dengan kue buah golek ini lebih mendalam.
  3. Perlu penyebarluasan hasil pendokumentasian pada beragam media.

Harapan:
Lestarinya budaya Aghi Ghayo Onom, dan kegiatan budaya lain akan turut melestarikan budaya pembuatan kue buah golek.

10. Peran Perempuan

Perempuan menjadi pemeran utama dalam pembuatan kue buah golek. Lazim dibanyak tempat dalam hal urusan makanan di dapur maka perempuan adalah penguasa dapur. Volume pembuatan kue buah golek yang banyak akan menghadirkan sejumlah perempuan yang diarahkan oleh nenek (perempuan yang lebih tua) ke anak cucu kemenakan.

11. Domain Karya dan Kondisi

Budaya pembuatan kue buah golek di Kenegerian Koto Tuo Baserah merupakan sebuah domain karya budaya dalam bidang Kemahiran pembuatan makanan tradisional, bersama kerajinan tradisional lain seperti seni lukis, seni pahat/ukir, arsitektur tradisional, pakaian tradisional, aksesoris tradisional, minuman tradisional, moda transportasi tradisional. Sangat jelas terlihat dari kemampuan para perempuan Kenegerian Koto Tuo Baserah dalam membuat dan menghasilkan kue nan molek ini dengan aroma yang khas dan rasa gurih yang tepat. Terkadang mereka tidak menggunakan timbangan dalam menakar volume bahan dan adonan. Terkadang mata dan kulit telapak tangan dapat secara jeli membentuk kue yang lonjong. Kemahiran-kemahiran yang diwariskan secara turun temurun melalui demonstrasi atau praktek langsung.

Kemahiran makanan tradisional kue buah golek di Kenegerian Koto Tuo Baserah sampai saat ini dalam kondisi bertahan secara alami. Hal ini terjadi karena adanya kegiatan tradisi budaya lain yang membutuhkan makanan ini. Tetapi di sisi lain, bukannya kondisi bertahan ini tidak dirundung ancaman dan tantangan.

Kondisi bertahan pada budaya pembuatan kue buah golek didukung adanya kekuatan (strengths) keberadaan tradisi dan budaya lain di Kenegerian Koto Tuo Baserah yang masih membutuhkan keberadaan kue nan molek ini dalam setiap kegiatan tradisi dan budaya tersebut. Berlangsungnya tradisi pernikahan, sunatan, doa khatam Quran, doa padang, terkhusus perayaan Aghi Ghayo Onom, akan menjadi kekuatan besar bagi keberadaan buah golek yang manis ini. Selain itu, peluang (opportunities) yang besar terhadap makanan tradisional yang mulai dicari oleh “orang kota”, terkhusus orang kota yang rindu akan makanan tradisional.

12. Narasumber Utama (Sejarah)

Metodologi kajian yang diterapkan adalah metode kualitatif dengan data didapat melalui wawancara dan observasi langsung di lokus terhadap para pelaku tradisi pembuatan dan penyajian buah golek termasuk beberapa narasumber lain yang berhubungan dengan tradisi tersebut. Hasil wawancara, observasi, maupun data disandingkan dengan kajian literatur studi kepustakaan yang telah dipublikasikan oleh banyak pihak berupa buku maupun jurnal lainnya untuk lebih menguatkan kajian.

Narasumber utama, seluruhnya di atas 50 tahun yang fasih akan budaya kue buah golek di Kenegerian Koto Tuo Baserah ini. Didukung dengan wawancara dengan beberapa masyarakat, terutama perempuan, di bawah 50 tahun. Batasan 50 tahun untuk memudahkan kajian memilah, memilih, mengidentifikasi rentang waktu keberadaan kue buah golek.

Secara jelas narasumber menyatakan keberadaan kue buah golek beriringan dengan keberadaan perayaan Aghi Ghayo Onom yang telah berlangsung sejak lama. Hal ini dikaji melalui literatur beberapa ditemui pada catatan-catatan Belanda dan kajian lain yang terhubung. Permasalahan utama adalah tidak tersediannya data pulut yang lengkap dan rinci, dan tidak cukupnya kajian kue buah golek sebagai pembanding. Maka kajian ini menarik jauh ke rentang waktu yang lebih panjang untuk mendapat data pulut yang digunakan oleh masyarakat Riau khususnya di Kenegerian Koto Tuo Baserah.

Narasumber:
Zainal Abidin, Datuok Panglimo Kayo Hitom.
Andrian Simun, Datuk Pangulu Mudo.
Masrum, S.Pd.I, Alim Ulama Cerdik Pandai.
Nek Sinar binti Mandi.
Nek Marisam binti Mandi.
Nek Ermayulis binti Mandi.

RiauMagz, Wisata dan Budaya Riau